Planetarium Jakarta, 21 April 2010. Waktu menunjukkan pukul 22.00 malam. Segala peralatan, perlengkapan dan perbekalan pengamatan sudah terkumpul rapi dan menunggu untuk diangkut dengan mobil pengurus yang masih dalam perjalanan. 1 set teleskop dan binokuler, 2 buah tripod, 1 kamera pocket, 1 kamera DSLR, bermeter-meter terpal dan spanduk bekas, sebungkus besar makanan berisi Beng-Beng, roti, biskuit dan susu, dan sekotak kecil kue ulang tahun lengkap dengan lilin-lilinnya.
Sambil menunggu, personil lainnya iseng-iseng mengecek langit. Wajah masam langsung muncul saat melihat awan tebal merata menyelimuti langit Jakarta. Kekecewaan tak dapat dibendung mengingat sepanjang 1 minggu terakhir, langit Jakarta justru terlihat sangat menawan dengan taburan bintang-bintangnya.
Datangnya mobil seolah membangkitkan kembali optimisme yang sempat menghilang. Mata langsung segar saat melihat mobil yang sudah terisi penuh bahan bakar siap untuk mengantarkan kami kemana pun langit cerah menunggu. Tak ingin membuang waktu lagi, pukul 23.00 malam, kami pun langsung berangkat meninggalkan Planetarium. Cisarua, Puncak, Cibodas dan sekitarnya menjadi pilihan tujuan untuk memuaskan ‘hasrat amatir’ kami.
Malam sudah semakin larut dan meninggalkan kelengangan jalan sepanjang jalan tol Jagorawi. Setelah sempat hujan deras di beberapa lokasi, dalam waktu kurang dari satu jam, kami pun tiba di daerah cisarua dan mulai mencari tempat yang cocok untuk mengamat. Kondisi cuaca saat itu sangat buruk dengan turunnya hujan yang cukup lebat dan diperparah dengan turunnya kabut yang membuat jarak pandang mobil hanya beberapa meter saja. Selepas melewati Puncak Pass, kondisi cuaca tidak menunjukan tanda-tanda membaik dan kami pun langsung memutuskan untuk menunggu hujan reda di pelataran gerbang Taman Raya Cibodas.
30 menit waktu berlalu tanpa ada yang berubah membuat kami semakin gelisah dengan desakan waktu yang semakin menipis. Kami pun memutuskan untuk mengecek cuaca di negeri tetangga sebelah; Kota Cianjur. Setiba di pinggiran kota, hujan pun mereda dan meninggalkan awan tebal nan pekat tanpa ada tanda-tanda ingin bergeser. Merasa akan sangat kesulitan dengan awan tebal tersebut, kami pun memilih untuk putar haluan dan kembali kearah semula dengan asumsi bahwa kondisi cuaca di daerah dataran tinggi cenderung lebih cepat berubah, dengan harapan langit cerah akan menggantikan awan mendung yang membosankan.
Pukul 02.00 dini hari, kami tiba kembali di pelataran gerbang Taman Raya Cibodas, Hujan sudah berhenti dan lembaran awan mendung sudah mulai terfragmen untuk memberikan kesempatan bintang-bintang untuk tampil. Hati yang sudah semakin sumringah sempat diciutkan kembali dengan suhu lokasi yang turun drastis hingga hanya kurang lebih 10-15 derajat. Angin gunung yang turun ke lembah tempat kami mengamat sempat membuat kami enggan untuk keluar dari mobil kami yang hangat. Namun, dengan semangat 45, kami pun keluar dari mobil dan menyiapkan lokasi pengamatan senyaman mungkin.
Sambil menunggu langit semakin membaik, kami pun membuat acara seremonial singkat untuk merayakan ulang tahun HAAJ yang ke-26. Dibekali sekotak kecil kue ulang tahun dan lilin-lilin yang sulit sekali dinyalakan, kami pun bersenandung menyanyikan lagu ulang tahun dengan suara yang cenderung bernada tenor karena menggigil. Sempat saat sekali suara nyanyian itu dinaikkan, anjing penjaga gerbang Taman Raya Cibodas langsung menggonggong keras sekali, entah bersikap setuju dan menikmati atau tidak setuju karena terganggu dengan nyanyian tenor itu.
Pukul 03.00 dini hari, terpal dan spanduk bekas baru saja digelar dan kami pun baru sebentar menikmati dinginnya aspal taman raya ketika secara tiba-tiba sebuah leretan cahaya berwarna putih kehijauan bergerak pelan di langit utara. Seperti sebuah kembang api yang meluncur dari rasi Aquilla dan memanjang hingga rasi Lacerta, membuat kami lepas “kegirangan” dan berteriak tidak karuan membuat suasana sangat meriah dan, lagi-lagi, membuat si anjing penjaga gerbang kembali menggonggong keras, entah ikut bergembira atau lagi-lagi merasa terganggu. Sungguh sebuah penampakan meteor yang sangat mengesankan.
Ternyata, setiap penampakan meteor menimbulkan reaksi yang berbeda-beda bagi para pengamatnya. Bagi yang hanya sekedar menikmati keindahannya dengan mata kepala, reaksi kepuasan terus memancar dengan segala euforianya. namun bagi yang tidak cukup puas jika hanya sekedar melihat dengan mata kepala, tapi juga berharap dapat merekamnya dengan mata kamera, kepuasan itu sangat sulit sekali terwujud. Keberuntungan mutlak diperlukan untuk dapat merekam jejak leretan cahaya meteor di permukaan sensor kamera kita. Tidak sama seperti pengalaman memotret petir misalnya, memotret jejak meteor jauh lebih sulit dan memerlukan jauh lebih banyak keberuntungan dibanding skill. Sebuah petir biasanya akan memiliki tanda-tanda jika akan muncul, sementara meteor, tidak ada sedikit pun “bisikan” yang membantu kita. Kesimpulannya, pengalaman memotret meteor adalah sesuatu yang sangat unik dan menantang.
Hasil penampakan meteor yang tercatat:
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 04.30 pagi, semakin dekat dengan waktu pulang yang telah disepakati. Kami pun mulai bersiap-siap untuk pulang, merapikan peralatan dan mengambil beberapa foto dokumentasi terakhir. Tepat pukul 05.00 pagi, kami pun meluncur turun kembali ke Jakarta, kembali ke kehidupan nyata kami.
Sepenggal pesan untuk sang partner lama:
Ucapan terima kasih dan salut tercurah tiada henti atas ide yang terealisasi. Rasa syukur terlimpah ruah untuk semua perhatian yang tak pernah terputus meski hanya bisa melakukannya dari jauh. Semoga romantisme itu akan selalu ada sepanjang nafas keamatiran yang tak henti-hentinya kita hembuskan. Semoga api semangat kebersamaan itu selalu berpendar dan selalu dapat menghangatkan pembaringan yang telah lama kita tinggalkan.
Salam Astronomi
kkkk………
let’s make an adventures again guys…
wah… ada yang sedikit lebayh nie…
pertama:
gw bukan guru tetap
kedua:
gw gak ninggalin kewajiban gw, yeeaaah… walopun ada sedikit white lie-nya seeeh… xixixixi
makasihhhhh……. love u always HAAJ…
Walah kok makin sepi Ultah HAAJ, kalo sekolahnya rame. Tp amateur activity-nya mana?