Apa jadinya jika orang-orang yang tak saling kenal bertemu di bawah langit yang sama dan berbicara dalam bahasa yang sama—astronomi? Inilah momen ketika semesta terasa milik bersama, bagi siapa saja yang mau berhenti sejenak untuk menatapnya.

Pada tanggal 27–28 Juni 2025, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) menggelar Star Party umum yang terbuka bagi masyarakat luas, sebagai ruang perjumpaan antara pecinta langit dari berbagai latar belakang. Kegiatan ini berlangsung di Outbound Telaga Pelangi Payang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lokasi ini dipilih karena berada di titik kompromi antara aksesibilitas dan kualitas langit malam. Dengan nilai SQM (Sky Quality Meter) 20,18 mag/arcsec² dan tergolong dalam kelas Bortle 5, langit di sini sekitar tujuh kali lebih gelap dibandingkan Jakarta Pusat. Cukup ideal untuk pengamatan astronomi tanpa harus menempuh perjalanan terlalu jauh dari perkotaan.

Pembukaan dan Review Materi: Menyambut Malam dengan Pengetahuan

Star party bukan sekedar menikmati keindahan visual langit, tapi juga membekali diri dengan pemahaman ilmiah agar kekaguman terhadap semesta tumbuh lebih utuh dan bermakna.

Kegiatan dimulai pada sekitar pukul 16.00 WIB dengan sambutan pembukaan oleh panitia, disusul dengan pembagian kelompok kecil yang berisi tidak lebih dari 10 orang agar diskusi berjalan lebih terfokus. Setelah semua berada di kelompoknya masing-masing, kegiatan berlanjut ke sesi pengantar terpusat yang membahas secara singkat mengenai susunan acara dan modul belajar yang telah dibagikan beberapa hari sebelum kegiatan.

Modul tersebut memuat materi tentang objek langit yang muncul pada langit malam pada saat itu, prinsip pengukuran polusi cahaya menggunakan skala Bortle dan SQM, pengenalan sistem koordinat langit (ekuatorial dan horizontal), cara menggunakan peta bintang, pengenalan teleskop, serta astrofotografi dasar. Seluruh informasi ini disusun agar para peserta bisa memahami langit bukan hanya secara visual, tapi juga secara ilmiah.

Diskusi Kelompok: Dari Perkenalan hingga Peta Bintang

Usai sesi pengantar, kegiatan berlanjut ke diskusi kelompok yang dipandu oleh dua orang mentor. Setiap anggota saling memperkenalkan diri dan berbagi cerita tentang ketertarikannya pada astronomi. Setelah itu, seluruh anggota bersama-sama memeriksa perlengkapan kit yang telah disiapkan panitia, seperti logbook, peta bintang, dan buku saku. Satu per satu dibuka dan dijelaskan, agar setiap orang memahami cara kerja dan tujuan dari masing-masing alat yang akan mendampingi malam pengamatan.

Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan membuka tas teleskop yang dibagikan ke tiap kelompok. Di sini peserta diperkenalkan setiap komponennya, termasuk tripod, dudukan (mount), OTA (Optical Tube Assembly alias tabung teleskop), lensa okuler, dan berbagai macam aksesoris lainnya. Serta dijelaskan pula perbedaan jenis dudukan ekuatorial dan altazimuth.

Sore Berganti Malam: Saatnya Merakit Teleskop

Setelah istirahat shalat dan makan malam bersama, sambil menunggu visibilitas langit membaik, para peserta diarahkan untuk mengikuti sesi workshop merakit teleskop di kelompoknya masing-masing.

Peserta belajar bagaimana menentukan arah selatan sebagai acuan orientasi, menyetel tripod agar sejajar secara horizontal (leveling), dan memasang dudukan teleskop. Khusus untuk dudukan ekuatorial, lintang lokasi (sekitar 6° LS) menjadi acuan dalam proses polar alignment. Proses selanjutnya yaitu memasang counterweight untuk menyeimbangkan beban teleskop. Lalu, berlanjut ke pemasangan OTA, finderscope, cermin diagonal, dan lensa okuler.

Peserta juga mempelajari cara melakukan balancing sumbu asensio rekta dan deklinasi pada teleskop. sangat penting untuk memastikan teleskop bergerak stabil saat digunakan untuk pelacakan benda langit. Terakhir, peserta juga mencoba sendiri untuk melakukan finderscope alignment untuk memastikan bahwa antara finderscope dan OTA mengarah ke titik yang sama. Dengan banyaknya pertanyaan teknis dan antusiasme tinggi, kegiatan ini berlangsung hingga sekitar pukul 20.30.

Diskusi Bebas: Dari Unsur Bintang hingga Spektrum Cahaya

Setelah sesi perakitan teleskop, kegiatan selanjutnya berupa diskusi bebas hingga sekitar pukul 22.00. Beberapa topik menarik yang muncul antara lain:

  • Asal usul unsur kimia dalam tubuh manusia yang berasal dari sisa ledakan bintang.
  • Pengenalan garis spektrum hidrogen dalam studi spektroskopi.
  • Dinamika pergerakan bintang di dalam galaksi.
  • Perbedaan nebula emisi, absorpsi, dan refleksi, serta ciri khas warnanya.
  • Konsep paralaks dan kaitannya dengan mengukur jarak bintang.

Diskusi berlangsung secara informal dan santai, dan bahkan beberapa melebur menjadi satu kelompok besar karena antusiasme yang tinggi.

Menjelang Subuh: Saatnya Mengamati Langit

Sekitar pukul 02.30 dini hari, para mentor mulai memasang teleskop di area pengamatan, disusul oleh para peserta tak lama kemudian. Saat langit mulai cerah, bintang-bintang terang seperti Altair di barat, Fomalhaut di tenggara, dan bahkan empat bintang penyusun asterisme Teapot di rasi Sagittarius terlihat secara samar-samar dengan mata telanjang.

Sekitar pukul 04.00 menjadi momen istimewa: pengamatan Saturnus. Tahun ini, cincin Saturnus tampak seolah “menghilang” karena orientasi cincinnya sejajar dengan garis pandang dari Bumi. Fenomena ini berulang tiap sekitar 15 tahun sekali. Pembukaan cincin secara maksimum terakhir kali terjadi pada 2017 dan akan berulang pada 2032. Fenomena ini menjadi bahan diskusi yang sangat menarik di lapangan.

Saturnus saat oposisi dari tahun ke tahun, memperlihatkan bagaimana kemiringan dan keterbukaan cincinnya berubah seiring waktu. Ilustrasi: earthsky.org

Navigasi Langit: Star Hopping Menuju Galaksi Andromeda

Masih sebelum fajar, peserta belajar melakukan star hopping untuk mencari di mana galaksi Andromeda berada dengan hanya melihat langit. Teknik ini dimulai dengan mengidentifikasi empat bintang Great Square of Pegasus: Alpheratz, Scheat, Markab, dan Algenib. Dari Alpheratz, arahkan pandangan ke bintang Mirach dan Almach. Kemudian dari bintang Mirach, dengan menarik garis ke barat, dua bintang Mu dan Nu Andromedae menjadi penunjuk menuju posisi galaksi Andromeda.

Meskipun galaksi Andromeda tidak tampak secara visual pada malam itu, memahami cara menemukannya tetap menjadi bekal penting. Dengan teknik tersebut, pengamatan di lain waktu akan jauh lebih mudah dilakukan.

Venus di Ufuk Timur

Sekitar pukul 05.00, Venus terlihat sangat terang di langit timur. Peserta melihat planet ini melalui teleskop dan mengamati fasenya, serupa dengan fase Bulan. Hanya setengah dari permukaan Venus yang tersinari Matahari, mengingat posisi elongasi barat maksimumnya baru saja terjadi pada awal Juni lalu. Para peserta bersama dengan para mentor berdiskusi mengenai hal ini, termasuk konsep elongasi, yakni sudut yang terbentuk antara Matahari dan planet sebagaimana dilihat dari Bumi. Pemahaman ini penting untuk mengetahui posisi planet dalam tata surya.

Posisi Venus terhadap Matahari dan Bumi saat ini. Posisinya yang sedemikian, menjadikan hanya setengahnya yang tersinari jika dilihat dari Bumi. Ilustrasi: Vito Technology/Solar Walk 2. Anotasi: HAAJ/Rifqi Pratama.
Foto: HAAJ/Hireka Eric

Pengamatan Matahari

Setelah Matahari terbit, peserta kembali berkumpul untuk melakukan pengamatan Matahari secara aman menggunakan filter khusus. Diskusi kemudian mengarah pada pertanyaan besar: Apa sebenarnya Matahari itu, dan bagaimana posisinya dibandingkan dengan bintang-bintang lain? Peserta juga dikenalkan dengan klasifikasi bintang.

Kegiatan ini memberikan konteks penting bahwa astronomi bukan hanya tentang “melihat” bintang, tetapi juga memahami posisi manusia dalam semesta yang luas.

Penutup

Sekitar pukul 08.30 pagi, seluruh peserta, mentor, dan panitia melakukan sesi foto bersama sebagai penutup kegiatan. Meski malam tidak sepenuhnya cerah, semangat dan interaksi yang terjadi sepanjang kegiatan menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan menyenangkan.

HAAJ mengucapkan terima kasih kepada Outbound Telaga Pelangi Payang yang telah menyediakan lokasi, serta kepada Langit Selatan dan UNAWE Indonesia yang juga telah mendukung kegiatan ini.

Terima kasih dan sampai jumpa di langit malam yang lebih gelap berikutnya!

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *