Enceladus, bulan keenam Saturnus, telah lama menjadi objek perhatian dalam dunia astronomi, terutama setelah penemuan adanya air yang terkandung di bawah lapisan esnya. Temuan ini membuka banyak kemungkinan baru mengenai potensi kehidupan di luar Bumi. Terletak jauh di luar angkasa, bulan yang tampak seperti bola salju ini menyembunyikan lautan bawah es yang misterius dan penuh potensi. Bagaimana air di Enceladus bisa menjadi begitu menarik bagi ilmuwan?

Peta penampang melintang bulan Saturnus, Enceladus.
Sumber gambar: npr.org

Seputar Enceladus

Saturnus menyimpan banyak keajaiban, dan dewasa ini semakin banyak misteri tersembunyi yang mulai terungkap. Para peneliti di University of British Columbia (UBC) melalui Live Science mengungkapkan bahwa kini Saturnus menjadi planet pertama dan satu-satunya di Tata Surya yang memiliki hingga 145 bulan. Hal ini berdasarkan penelitian selama interval 2019-2021 di Teleskop Mauna Kea, Hawaii.

Salah satu bulan Saturnus adalah Enceladus, yang merupakan bulan keenam dan terletak di dalam cincin E Saturnus. Ditemukan pertama kali oleh William Herschel pada tahun 1789 dan baru dinamai Enceladus oleh anaknya yang bernama John Herschel pada tahun 1847 dalam publikasinya Results of Astronomical Observations made at the Cape of Good Hope.

Sumber Gambar: jpl.nasa.gov

Etimologi

Pernahkah kamu bertanya-tanya, “Mengapa nama Enceladus diambil dari mitologi Yunani, sedangkan Saturnus berasal dari mitologi Romawi?” Mengapa harus lintas budaya dalam penamaannya? Faktanya, di Tata Surya, nama planet umumnya diambil dari mitologi Romawi, sedangkan bulan-bulannya dinamai dari karakter dalam mitologi Yunani yang memiliki keterkaitan tematis. Satu-satunya pengecualian adalah Uranus.

Hal ini juga berlaku untuk Enceladus dan bulan-bulan Saturnus lainnya, yang namanya diambil dari para Titan dan Gigantes Yunani yang memiliki kaitan erat dengan Cronus, padanan Saturnus dalam mitologi Yunani. Dalam mitologi Yunani, Enceladus adalah salah satu dari Gigantes, raksasa yang lahir dari Gaia (dewi bumi) setelah darah Uranus (dewa langit) menetes ke bumi. Ia dikenal sebagai raksasa yang sangat kuat dan tangguh.

Enceladus (kiri) dan Athena (kanan)
Sumber gambar: theoi.com

Trivia

Enceladus tampak seperti bola salju yang mengambang di angkasa karena permukaannya tertutup lapisan es yang sangat reflektif. Selain itu, Enceladus memiliki aktivitas geologi yang sangat aktif dan diyakini menyimpan waduk air di bawah lapisan esnya.

Minat terhadap keberadaan air di Enceladus pertama kali muncul setelah Voyager 1 dan Voyager 2 memperkenalkan bulan ini ke dunia, yang kemudian dilanjutkan dengan Cassini pada tahun 2005. Terbang lintas (flyby) yang dilakukan wahana antariksa Cassini terhadap Enceladus kemudian mengungkap fakta baru, termasuk adanya uap air yang diduga muncul akibat aktivitas geologi di bawah permukaannya.

Keajaiban Air di Enceladus

Wahana antariksa Cassini menemukan indikasi keberadaan air di Enceladus, yang menjadi terobosan penting dalam penelitian tentang bulan ini. Terbang lintas Cassini di sekitar Enceladus berhasil mengungkap permukaan dan lingkungannya secara lebih rinci. Selama misi tersebut, Cassini menemukan semburan (plume) yang keluar dari wilayah kutub selatan Enceladus.

Kriovolkano di dekat kutub selatan Enceladus menyemburkan geyser yang mengandung uap air, hidrogen molekul, bahan volatil, dan bahan padat seperti kristal sodium klorida dan partikel es ke luar angkasa dengan kecepatan 200 kg per detik. Lalu pada 6 November 2011, radar Cassini mendeteksi semburan air ini saat terbang lintas Enceladus pada ketinggian sekitar 500 km.

Retakan di permukaan Enceladus yang terlihat memancarkan uap air.
Sumber gambar: jpl.nasa.gov

Data dari Cassini menunjukkan adanya jejak senyawa kimia organik di Enceladus yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Senyawa ini kemungkinan dihasilkan oleh aktivitas hidrotermal di dasar laut Enceladus.

Dasar laut Enceladus diketahui ditutupi oleh sumber air panas, di mana tekanan tinggi dan temperatur hangat menghasilkan kondisi yang ideal bagi terciptanya molekul organik kompleks. Molekul organik ini kemudian terbawa ke permukaan oleh gelembung gas dan menyebar saat gelembung tersebut pecah.

Citra pancaran atau semburan uap air yang diperoleh dari wahana antariksa Cassini saat melakukan terbang lintas.

Apa yang Menjadikan Air Enceladus Begitu Spesial?

Kelompok peneliti mengolah data dasar laut yang diperoleh dari Cassini dengan model yang sama dengan yang digunakan oleh salah satu ilmuwan yang berfokus dalam meneliti planet, Jihua Hao dan timnya. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa lautan di Enceladus mengandung fosfor yang terlarut.

Menurut model ini, air laut di Enceladus memiliki kandungan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan dengan di Bumi. Fosfor adalah komponen penting bagi kehidupan, karena fosfat dalam berbagai bentuknya merupakan bagian integral dalam pembentukan DNA, RNA, membran sel, dan bahkan gigi.

Semburan (plume), diperoleh dari Cassini dan JWST.
Sumber gambar: webbtelescope.org

Meskipun fosfor belum ditemukan secara eksplisit, penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk eksplorasi lebih lanjut mengenai potensi kehidupan di Enceladus. Penemuan ini adalah langkah penting untuk memahami lebih jauh tentang kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi. Dengan kemajuan teknologi dan penelitian yang terus berlanjut, Enceladus tetap menjadi fokus utama bagi para ilmuwan yang tertarik pada kemungkinan kehidupan di luar planet kita.

Ilmuwan menggunakan pemodelan geokimia untuk menganalisis air di dalam Enceladus. Menurut Hao Jihua, kepala peneliti dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, menjelaskan bahwa lautan di Enceladus memiliki kandungan alkali yang tinggi (sangat asin) dan tidak mengandung oksigen, mirip seperti air soda di Bumi. Dalam lingkungan air soda yang seperti ini, dibutuhkan setidaknya 100.000 tahun agar fosfor dapat larut dari batuan Enceladus ke dalam lautannya.

Misi Cassini: Mengungkap Rahasia Air Enceladus

Misi Cassini memberikan banyak data tentang Enceladus. Selama bertahun-tahun, wahana antariksa ini mengorbit Saturnus dan melakukan terbang lintas di sekitar Enceladus. Dengan menggunakan radar dan instrumen lainnya, Cassini mampu menembus permukaan es yang keras dan mengungkapkan lautan yang tersembunyi di bawahnya. Salah satu penemuan paling mencolok adalah semburan uap air yang keluar dari permukaan Enceladus, yang mengandung senyawa organik, es, dan air dalam bentuk gas.

Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang proses geologi yang terjadi di dalam Enceladus. Sumber air panas yang ditemukan di dasar lautan Enceladus memberikan harapan bahwa di tempat-tempat tersebut, kehidupan mikroba mungkin dapat berkembang.

Enceladus: Potensi Kehidupan di Luar Bumi

Enceladus, dengan lautan tersembunyi, kandungan bahan organik, dan semburan air aktif, membuka banyak peluang untuk penelitian lebih lanjut. Beberapa ilmuwan bahkan menganggapnya sebagai salah satu lokasi paling potensial untuk menemukan kehidupan mikroba di luar Bumi.

Jika memang ada kehidupan di sana, organisme tersebut kemungkinan telah beradaptasi untuk bertahan dalam kondisi ekstrem, layaknya mikroba di Bumi yang hidup di kedalaman laut atau lingkungan bawah tanah.

Kesimpulan: Masa Depan Penelitian Air di Enceladus

Enceladus, bulan keenam Saturnus, menyimpan berbagai keajaiban yang terus menarik perhatian ilmuwan. Ditemukan pada tahun 1789 oleh William Herschel, bulan ini telah menjadi fokus utama dalam penelitian luar angkasa, terutama setelah penemuan adanya air yang terkandung di bawah lapisan esnya. Dengan aktivitas geologi yang sangat aktif, seperti semburan uap air dan partikel es yang keluar dari kriovolkano di kutub selatan, Enceladus menawarkan bukti penting mengenai kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi. Penemuan senyawa kimia organik dan kemungkinan adanya fosfor di dasar laut Enceladus semakin memperkuat potensi tersebut.

Melalui misi Cassini dan penelitian lainnya, ilmuwan dapat melihat adanya air yang mirip dengan air di Bumi, meskipun dengan kandungan yang berbeda, seperti alkali tinggi dan tidak mengandung oksigen. Temuan ini membuka peluang untuk memahami lebih dalam mengenai ekosistem bawah laut yang berpotensi mendukung kehidupan mikroba. Meski penelitian lebih lanjut masih diperlukan, hasil studi-studi terbaru memberikan harapan akan kemungkinan kehidupan di luar dunia kita, terutama di Enceladus yang penuh misteri ini.

Dengan terus berkembangnya teknologi dan eksplorasi luar angkasa, Enceladus tetap menjadi objek penelitian yang sangat penting bagi para ilmuwan yang berusaha menjawab pertanyaan besar mengenai keberadaan kehidupan di alam semesta.

Referensi
Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *