Dalam beberapa tahun terakhir, para astronom telah meningkatkan kemampuan mereka dalam mendeteksi asteroid yang berpotensi menabrak Bumi. Hingga saat ini, sembilan asteroid telah terdeteksi sebelum memasuki atmosfer Bumi. Yang terbaru adalah asteroid yang terbakar di atas Filipina pada 5 September 2024.

Dengan mendeteksi asteroid berbahaya lebih awal, kita memiliki peluang yang lebih baik untuk mengurangi potensi dampak dan risiko bencana. Hal ini menandai kemajuan besar dalam upaya kita untuk melindungi planet ini dari ancaman luar angkasa.

Astronom semakin mahir dalam mendeteksi asteroid yang dapat mencegah tabrakan di masa depan dengan Bumi. Konsep seniman melalui NASA/JPL/Caltech.

Apa Itu Asteroid?

Asteroid adalah sisa material dari pembentukan tata surya kita yang tidak menjadi bagian dari planet atau bulan. Mereka datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan lintasan mereka ditentukan oleh gravitasi. Objek yang dekat dengan orbit Bumi dikenal sebagai objek dekat Bumi (NEO). Hingga September 2024, sekitar 36.000 objek semacam itu telah diketahui, mulai dari beberapa meter hingga beberapa kilometer.

Namun, model statistik memprediksi hampir satu miliar objek semacam itu harus ada, dan kita baru mengetahui sebagian kecil dari mereka.

Memantau Asteroid

Sejak tahun 1980-an, kita telah memantau asteroid-asteroid ini dan melakukan survei lebih terperinci sejak tahun 1990-an. Survei ini menggunakan teleskop untuk mengamati langit setiap malam dan membandingkan gambar dari wilayah yang sama pada tanggal yang berbeda. Pergerakan objek yang terdeteksi dapat menjadi indikasi adanya asteroid.

Mengamati posisi asteroid dalam jangka waktu yang lebih lama memungkinkan astronom untuk menentukan jalurnya dengan tepat, meskipun proses pengumpulan dan analisis data ini memakan waktu dan membutuhkan kesabaran.

Kemajuan Teknologi dan Tantangan

Teknologi baru seperti teleskop inframerah NEOsurvey dari NASA dan proyek Sutter Ultra sedang dikembangkan untuk mendeteksi objek berbahaya dari luar angkasa. Misi-misi seperti DART bahkan mengeksplorasi skenario realistis untuk mengubah jalur asteroid dengan menabrakkan pesawat ruang angkasa ke dalamnya.

Misi asteroid DART menguji apakah menabrakkan pesawat luar angkasa ke asteroid merupakan cara yang efektif untuk mengubah jalurnya. Konsep artis melalui NASA/Johns Hopkins APL/Steve Gribben.

Namun, program deteksi menciptakan sejumlah besar data gambar setiap hari, yang menantang bagi para astronom untuk diproses dengan cepat. Di sinilah kecerdasan buatan dan proyek sains warga dapat membantu mempercepat proses ini.

Tantangan Masa Depan

Asteroid dengan diameter kurang dari 25 meter umumnya terbakar sebelum dapat menyebabkan kerusakan. Namun, objek dengan ukuran 25 hingga 1.000 meter dapat menembus atmosfer kita dan menyebabkan kerusakan lokal. Untungnya, tabrakan dengan asteroid dalam rentang ukuran ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan objek yang lebih kecil.

Asteroid yang lebih besar dari 1 kilometer dapat menyebabkan kerusakan dalam skala global. Sejak 2011, kita memperkirakan telah mendeteksi 93% dari objek semacam itu.

Meskipun kita semakin mahir dalam mendeteksi asteroid, masih belum ada proposal realistis untuk mengubah jalurnya. Misi seperti DART adalah langkah awal, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk menghadapi ancaman besar dari luar angkasa ini.

Kesimpulan

Astronom semakin mahir dalam mendeteksi asteroid, seperti yang terjadi pada asteroid yang menghantam Bumi dekat Filipina pada 5 September 2024. Observatorium baru akan membantu mendeteksi lebih banyak asteroid. Namun, tantangan utama tetap ada: bagaimana menangani ancaman setelah kita mendeteksinya?

Sumber : https://earthsky.org/


Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *