Setiap bulan Agustus, kita akan disuguhkan fenomena astronomi tahunan yang cukup terkenal yaitu Hujan Meteor Perseid. eristiwa ini terjadi setiap tahun antara 17 Juli hingga 24 Agustus, dengan puncaknya sekitar 12–13 Agustus. Pada malam puncak, langit dapat dipenuhi kilatan meteor yang melintas cepat, membuatnya menjadi tontonan favorit para pengamat langit di seluruh dunia.

Sejarah mencatat bahwa fenomena ini telah diamati sejak 36 Masehi oleh astronom Tiongkok kuno. Selama berabad-abad, Perseid dikaitkan dengan berbagai cerita rakyat di berbagai budaya, menjadikannya bagian dari warisan budaya sekaligus ilmu pengetahuan.

Asal Usul Perseid

Sumber hujan meteor Perseid adalah Komet 109P/Swift–Tuttle, ditemukan pada tahun 1862 oleh dua astronom, Lewis Swift dan Horace Tuttle. Komet ini sempat hilang dari pengamatan selama lebih dari seabad, sampai akhirnya diidentifikasi ulang pada 1992.

sumber: www.cnyo.org

Komet Swift-Tuttle memiliki diameter inti sekitar 26 kilometer, menjadikannya komet terbesar yang diketahui rutin mendekati Bumi (jauh lebih besar dari komet Halley yang berdiameter ±11 km). Dulu, perhitungan awal menunjukkan jalurnya bisa bertabrakan dengan Bumi di masa depan. Namun, sekarang diperkirakan aman setidaknya hingga 4.000 tahun ke depan, tapi tetap memiliki potensi tumbukan di masa sangat jauh.

Komet Swift–Tuttle mengitari Matahari setiap 133 tahun, dan setiap perlintasan meninggalkan jejak debu dan batuan di orbitnya. Komet ini terakhir melintas dekat Bumi tahun 1992, dan akan kembali pada 12 Juli 2126.

Karakteristik Perseid

Nama “Perseid” berasal dari rasi bintang Perseus, yang menjadi titik radian (titik semu asal meteor). Rasi Perseus berada di belahan langit utara, dekat rasi Cassiopeia dan Taurus. Di Indonesia, meskipun rasi Perseus tidak setinggi di lintang utara, meteor Perseid tetap bisa dinikmati, terutama di lokasi dengan horizon timur laut yang lapang.

Ketika Bumi melintasi jalur sisa-sisa komet Swift-Tuttle, partikel-partikel meteoroid memasuki atmosfer dengan kecepatan sangat tinggi dan terbakar. Pada kondisi ideal puncaknya bisa menghasilkan hingga 100 meteor per jam pada langit gelap dan cuaca cerah. Hal ini menjadikan hujan meteor Perseid berada pada urutan ketiga hujan meteor “terlebat” setelah Geminid (ZHR=150) di bulan Desember dan Quadrantid (ZHR=120) di bukan Januari.

sumber: twanight.org

Meteor-meteor Perseid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan sangat tinggi, sekitar 59 km/detik, sehingga menghasilkan jalur cahaya yang tajam dan sering meninggalkan jejak bercahaya (persistent trains). Perseid juga terkenal kerap menghasilkan fireball (meteor yang jauh lebih terang daripada biasanya), karena aliran meteoroidnya mengandung butiran yang relatif besar dan padat. Warna kilatan yang kita lihat kadang kekuningan, kehijauan, atau kebiruan bergantung pada unsur di dalam meteoroid, misalnya unsur natrium akan menghasilkan warna kuning, unsur magnesium menghasilkan warna hijau/biru, dan intensitas puncak hujan meteor ini dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun tergantung bagian arus debu yang dilintasi Bumi.

Kondisi Pengamatan Perseid di Tahun 2025

Puncak hujan meteor Perseid pada 2025 akan terjadi dini hari tanggal 13 Agustus. Titik radian Perseid baru terbit pukul 00:33 WIB berdekatan dengan bintang Mirfak (α Persei). Sayangnya kali ini fase Bulan waning gibbous (cembung akhir) dengan iluminasi 85,7% akan cukup mengganggu pengamatan meteor, terutama meteor-meteor yang redup. Cahaya bulan seperti ini menurunkan jumlah meteor yang terlihat (banyak meteor tipis akan tertutup terang bulan). Waktu pengamatan terbaik dilakukan hingga 15 menit sebelum fajar astronomis tiba, yaitu pukul 04:34 WIB.

Tips Mengamati Perseid

  1. Carilah lokasi yang gelap dan jauh dari cahaya kota untuk mendapatkan visibilitas terbaik.
  2. Mulailah pengamatan setelah tengah malam hingga sebelum fajar, saat radiant sudah cukup tinggi.
  3. Tidak perlu teleskop atau teropong karena meteor dapat terlihat dengan mata telanjang.
  4. Berbaringlah dengan nyaman dan arahkan pandangan ke langit luas, terutama ke arah timur laut, tempat radian Perseid berada.
  5. Gunakan pakaian hangat dan bawalah camilan jika mengamati dalam waktu lama.
Infografis

Infografis telah diunggah di instagram @haaj.84

Refrensi
  1. Meteor Shower Calendar 2025-2026 (online). https://www.amsmeteors.org/meteor-showers/meteor-shower-calendar/ (diakses pada 9 Agustus 2025)
  2. The cautionary tail of Comet Swift–Tuttle (online). https://www.cobs.si/news/archive/the-cautionary-tail-of-comet-swifttuttle (diakses pada 9 Agustus 2025)
  3. 2010 Perseids (online). https://www.nasa.gov/xls/523314main_2010_Perseids.xls (diakses pada 9 Agustus 2025)
  4. 2025 Sun Graph for Jakarta (online). https://www.timeanddate.com/sun/indonesia/jakarta (diakses pada 9 Agustus 2025)
  5. Perseid Lore: The Legend and Science Behind the Epic Meteor Shower (online). https://www.space.com/33706-perseid-meteor-shower-legend-science.html (diakses pada 9 Agustus 2025)
  6. Stellarium v25.2

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *