Planetarium dan Observatorium Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki melaksanakan kegiatan Peliputan Fenomena Astronomi Konjungsi SuperBlueMoon dan Saturnus dengan tema “Piknik Malam bersama SuperBlueMoon dan Saturnus” pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Dengan diselenggarakannya kegiatan Peliputan ini diharapkan Planetarium dan Observatorium Jakarta Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki dapat menjalankan fungsinya untuk terus melestarikan dan mengembangkan sains Astronomi dan Keantariksaan kepada masyarakat sesuai dengan visinya yaitu “Mewujudkan Planetarium dan Observatorium Jakarta sebagai sarana pengayaan budaya sains dan teknologi Astronomi dan sebagai sarana wisata ilmiah yang menarik, menakjubkan, dan mencerdaskan” dengan memberikan layanan prima dan profesional.
Buat kamu yang belum tahu, apa, sih, konjungsi SuperBlueMoon dan Saturnus? Simak fakta menariknya di bawah ini.
1. Setiap benda di Tata Surya bergerak mengelilingi Matahari dengan jarak dan kecepatan yang berbeda-beda.
Dari Bumi, perbedaan kecepatan tersebut membuat mereka nampak seperti saling “berkejaran” di langit malam. Hal ini membuat benda-benda langit tersebut terkadang nampak saling berdekatan jika dilihat dari sudut pandang di Bumi. Peristiwa benda langit yang saling berdekatan tersebut dalam Astronomi dikenal dengan sebutan Konjungsi.
2. Hukum Kepler Pertama
Sesuai dengan Hukum Kepler Pertama tentang Pergerakan Planet, Bulan mengelilingi Bumi dalam orbit yang elips. Hal ini membuat Bulan terkadang berada pada posisi terjauh dari Bumi, disebut dengan Apogee, atau sebaliknya berada pada titik terdekat dari Bumi, disebut dengan Perigee. Jika bertepatan dengan fase purnama, Bulan Purnama Apogee dikenal dengan sebutan Micromoon sementara Bulan Purnama Perigee dikenal dengan sebutan Supermoon.
3. Bulan Purnama 7% Lebih Besar dan 15% Lebih terang
Saat Supermoon, Bulan Purnama akan nampak 7% lebih besar dan 15% lebih terang dari Bulan Purnama biasa. Atau, 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding saat Micromoon. Sebaliknya saat Micromoon, Bulan Purnama nampak 7% lebih kecil dan 15% lebih redup dari Bulan Purnama biasa, atau 14% lebih kecil dan 30% lebih redup dibanding saat Supermoon. Karena sifat orbitnya, Supermoon hanya terjadi 2-4 kali dalam satu tahun.
4. Dua Kali Bulan Purnama
Bulan membutuhkan waktu 27,5 hari dalam satu kali putar mengelilingi Bumi. Meski demikian, Bulan membutuhkan waktu 29,5 hari dari satu fase Purnama ke fase Purnama berikutnya. Dibandingkan dengan jumlah hari dalam kalender Masehi yang berjumlah 30 atau 31. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya 2 kali fase Bulan Purnama dalam satu bulan kalender Masehi. Bulan Purnama kedua dalam satu bulan Masehi dikenal dengan sebutan Blue Moon.
5. Fenomena Blue Moon
Tidak seperti namanya, Blue Moon tidak berarti Bulan akan nampak berwarna biru. Istilah Blue Moon muncul untuk memberikan sebutan bagi sesuatu yang jarang terjadi karena secara Astronomis Blue Moon rata-rata terjadi sekali setiap 2 atau 3 tahun. Sebelum Blue Moon pada 30 Agustus 2023 nanti, Blue Moon sebelumnya terjadi pada 31 Mei 2026.
6. Gabungan Supermoon dan Blue Moon
Dengan Supermoon terjadi hanya 2-4 kali dalam setahun dan Blue Moon terjadi hanya satu kali dalam 2 hingga 3 tahun. Fenomena gabungan antara keduanya, yaitu SuperBlueMoon, terjadi dalam tempo yang lebih langka lagi, yaitu dengan rata-rata kenampakan mencapai 10 tahun sekali (2 bulan sekali hingga 20 tahun sekali). Selain yang akan terjadi pada 30 Agustus 2023, SuperBlueMoon sebelumnya terjadi pada 31 Januari 2018. Nantinya, baru akan terjadi lagi pada 31 Januari 2037 dan 31 Maret 2037.
7. Kapan SuperBlueMoon di Jakarta?
Berdasarkan perhitungan Astronomis, pada 30 hingga 31 Agustus 2023, Planet Saturnus yang baru saja mengalami titik oposisinya (purnama) pada 27 Agustus 2023 akan berkonjungsi dekat dengan Bulan Purnama yang kebetulan juga merupakan Bulan Purnama Perigee dan Blue Moon, atau disingkat SuperBlueMoon.
Dari Jakarta, SuperBlueMoon akan lebih dulu terbit pada pukul 17.26 WIB pada titik azimuth 116o 18’ untuk kemudian disusul oleh Planet Saturnus yang terbit pada pukul 17.38 WIB pada azimuth 101o 53’. Saat terbit di awal malam tersebut, SuperBlueMoon dan Saturnus akan saling berkonjungsi dengan jarak 5 derajat saja, atau 10 kali piringan Bulan. Keduanya akan terus mendekat pada jarak 3 derajat pada tengah malam dan 2 derajat pada akhir malam sebelum kembali saling menjauh setelah Matahari terbit.
Kedua benda langit tersebut dapat diamati secara kasat mata namun Saturnus hanya akan nampak seperti bintang terang berwarna putih kekuningan. Penggunaan teleskop akan membuat Saturnus nampak jauh lebih dekat dengan cincinnya yang indah.