
Sabtu, 26 maret 2011, warga dunia kembali menunjukkan bentuk kepeduliannya terhadap bumi pertiwi yang dipijaknya. Kesadaran akan dunia yang membutuhkan perubahan menggerakkan aksi masyarakat untuk membantu memperlambat ‘penuaan bumi’. Pemanfaatan sumber daya alam harus dihemat demi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Salah satu wujud dari kepedulian itu adalah dengan mematikan lampu selama 1 jam secara serentak di seluruh dunia. Kampanye tahunan ini biasa kita sebut sebagai Earth Hour. Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia, kembali berpartisipasi dalam kampanye yang digagas oleh World Wide Fund (WWF) ini.
WWF Indonesia kali ini menggandeng Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) sebagai partner dalam membantu mengkampanyekan Earth Hour kepada seluruh masyarakat Jakarta. Selain HAAJ, WWF juga menggandeng komunitas lainnya seperti Komunitas Parkour, Komunitas Sepeda Jakarta dan lain sebagainya. Kali ini, pusat kampanye terletak di bundaran Hotel Indonesia, yang dianggap sebagai lokasi yang paling potensial untuk mengkampanyekan Earth Hour 2011.
Himpunan Astronomi Amatir Jakarta ikut berpartisipasi dalam kampanye ini karena selaras dengan visi dan misi yang HAAJ emban selama ini. Selain untuk menciptakan manusia yang sadar akan Iptek, berbagai misi HAAJ sejalan dengan kampanye lingkungan yang selama ini digalakkan. HAAJ, dengan segala kegiatan keastronomiannya, membutuhkan lingkungan yang asri dan bersih dari polusi udara dan cahaya. Bersih dari polusi udara artinya menghemat penggunaan bahan bakar yang berlebihan yang menyebabkan udara yang tercemar polusi. Bersih dari polusi cahaya artinya menghemat penggunaan daya listri untuk penggunaan cahaya lampu yang tidak perlu. Visi dari Earth Hour ini selaras dengan kampanye yang juga digalakkan oleh komunitas astronomi dunia, Dark Skies Awarness (Kampanye Langit Gelap) yang sudah digaungkan sejak tahun 2009 yang lalu.
HAAJ menunjukkan kepeduliannya dengan ikut berkampanye di bundaran Hotel Indonesia. Selain itu, dengan tidak meninggalkan ruh astronominya, HAAJ menyediakan fasilitas teropong bintang untuk para masyarakat agar dapat memanfaatkan matinya lampu selama 1 jam untuk menikmati pemandangan yang sedikit berbeda dibanding sebelumnya.
Namun, meskipun polusi cahaya sudah jauh berkurang, sayangnya kondisi cuaca tidak mendukung. Setelah sempat gerimis di awal malam, kampanye Earth Hour 2011 ini dinaungi langit mendung sepanjang malam. Alhasil, pengamatan pun tidak berhasil. Namun, sebenarnya kami punya agenda lain yang lebih penting dari sekedar keberhasilan mengamati bintang. Ketidakberhasilan kami dalam pengamatan telah menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat perihal apa penyebab gagalnya pengamatan bintang atau sekedar melihat bintang dengan mata telanjang.
Cuaca memang menjadi penyebab utama, namun pernyataan masyarakat tentang jarangnya mereka melihat bintang di waktu malam di langit kota jakarta, menghadirkan jawaban yang ternyata tidak mereka sadari selama ini. Mayoritas masyarakat tidak tahu arti dari polusi cahaya dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Mereka pun baru mengetahui bahwasanya salah satu penyebab bintang tidak lagi terlihat di kota-kota besar seperti jakarta adalah karena terangnya sinar lampu yang menerangi setiap sudut kota. Hal ini secara langsung menimbulkan kesadaran akan masyarakat tentang penggunaan cahaya lampu secara hemat, selain itu penggunaannya pun harus secara tepat dan efisien dengan hanya mengarahkan lampu ke arah bawah dan bukan keatas. Tidak hanya dapat membuat mereka menghemat biaya listrik tiap bulan, namun juga dapat mengobati kerinduan mereka akan nikmatnya mengamati bintang di malam hari.
Sampai Jumpa di Earth Hour berikutnya di tahun yang penuh kontroversi, 2012.
“Turn off your light for Earth Hour , then keep taking action to make a difference”
Salam Astronomi…!