Hujan meteor Lyrids merupakan salah satu fenomena langit yang menarik perhatian para pengamat bintang di seluruh dunia. Hujan meteor ini adalah salah satu hujan meteor tertua yang pernah tercatat, dengan laporan pengamatan yang sudah ada sejak 2.700 tahun yang lalu. Catatan tertua mengenai Lyrids berasal dari Tiongkok pada tahun 687 SM, di mana pengamat melaporkan adanya “bintang jatuh seperti hujan”. Hal ini menjadikan Lyrids sebagai salah satu peristiwa astronomi yang telah diamati oleh berbagai peradaban sepanjang sejarah.

Tahun ini, hujan meteor Lyrids akan berlangsung dari 17 hingga 26 April 2025, dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada malam 22-23 April. Fenomena ini dapat diamati dengan lebih jelas dari belahan Bumi utara, meskipun pengamat di belahan selatan juga masih dapat menyaksikannya dengan intensitas yang lebih rendah.

Asal-Usul Lyrids

Hujan meteor Lyrids berasal dari sisa-sisa debu Komet C/1861 G1 (Thatcher). Komet ini pertama kali ditemukan oleh astronom A. E. Thatcher pada tahun 1861. Saat Bumi melewati jalur puing yang ditinggalkan oleh komet ini, partikel-partikel kecil memasuki atmosfer dengan kecepatan sekitar 46,6 km/detik dan terbakar, menghasilkan kilatan cahaya yang kita kenal sebagai meteor.

Sumber: Sky & Telescope

Berbeda dengan hujan meteor yang berasal dari komet terkenal seperti Perseids (dari Komet Swift-Tuttle) atau Geminids (yang berasal dari asteroid 3200 Phaethon), Lyrids memiliki jalur orbit yang lebih stabil dan tidak banyak berubah dalam ribuan tahun. Oleh karena itu, intensitas hujan meteor ini relatif konsisten setiap tahunnya, meskipun ada beberapa pengecualian langka di mana terjadi peningkatan jumlah meteor secara drastis.

Karakteristik dan Intensitas

Penamaan hujan meteor biasanya berdasarkan lokasi Titik Radiant, yaitu titik di langit tempat meteor tampak berasal. Titik Radiant Lyrids berada di dekat konstelasi Lyra, pada koordinat 18:08 +33.3°. Meskipun meteor bisa muncul di mana saja di langit, mereka akan tampak berawal dari titik ini.

Sumber: EarthSky

Lyrids merupakan hujan meteor dengan intensitas menengah. Rata-rata, jumlah meteor yang dapat diamati dalam kondisi ideal adalah sekitar 18 meteor per jam, atau disebut dengan Zenithal Hourly Rate (ZHR). Namun, dalam beberapa kasus langka, Lyrids pernah menunjukkan ledakan aktivitas meteor yang mencapai lebih dari 100 meteor per jam. Peningkatan ini disebut sebagai “outburst” dan pernah terjadi pada tahun 1803, 1922, 1945, dan 1982.

Pada peristiwa outbrust yang diamati pada tahun 1982, para astronom mencatat lebih dari 250 meteor per jam dalam waktu singkat. Outburst seperti ini sulit diprediksi dan sering kali menjadi kejutan bagi para pengamat.

Outburst terjadi ketika Bumi melewati bagian padat dari aliran debu yang ditinggalkan oleh Komet Thatcher. Para ilmuwan terus meneliti apakah pola serupa dapat terjadi kembali di masa depan, tetapi hingga saat ini belum ada prediksi pasti mengenai kapan outburst berikutnya akan terjadi.

Sumber: BGR

Salah satu ciri khas Lyrids adalah meskipun jarang meninggalkan jejak atau train yang bertahan lama, beberapa meteor dapat muncul dalam bentuk bola api terang (fireballs) yang lebih besar dan mencolok dibanding meteor biasa. Fireballs ini adalah meteor yang lebih terang dari bintang paling terang di langit dan sering kali memiliki warna kekuningan hingga kehijauan karena komposisi material yang terbakar di atmosfer.

Kondisi Pengamatan 2025

Puncak hujan meteor Lyrids diperkirakan terjadi pada 22 April pukul 13:00 UTC. Dengan konversi ke waktu Indonesia (WIB), ini berarti sekitar pukul 20:00 WIB pada 22 April. Namun, waktu terbaik untuk mengamati meteor biasanya adalah pada dini hari menjelang fajar ketika radiant berada lebih tinggi di langit.

Sayangnya, tahun ini pengamatan akan sedikit terganggu oleh Bulan sabit tua yang mencapai 30,3% iluminasi. Bulan sabit tersebut akan terbit sejak pukul 01:31 WIB. Meski begitu, cahaya Bulan yang tidak terlalu terang masih memungkinkan pengamatan meteor dengan baik, terutama bagi mereka yang berada di lokasi minim polusi cahaya.

Tips Mengamati Lyrids

  1. Carilah lokasi yang gelap dan jauh dari cahaya kota untuk mendapatkan visibilitas terbaik.
  2. Mulailah pengamatan setelah tengah malam hingga sebelum fajar, saat radiant sudah cukup tinggi.
  3. Tidak perlu teleskop atau teropong karena meteor dapat terlihat dengan mata telanjang.
  4. Berbaringlah dengan nyaman dan arahkan pandangan ke langit luas, terutama ke arah timur laut, tempat radiant Lyrids berada.
  5. Gunakan pakaian hangat dan bawalah camilan jika mengamati dalam waktu lama.

Hujan meteor Lyrids menjadi pengingat akan dinamika langit yang terus berubah dan menawarkan kesempatan langka untuk menyaksikan jejak peninggalan Komet Thatcher yang telah berusia lebih dari 160 tahun. Fenomena ini telah diamati oleh manusia selama ribuan tahun dan tetap menjadi salah satu acara astronomi yang paling dinantikan setiap bulan April.

Bagi para pecinta astronomi, fenomena ini adalah momen yang tidak boleh dilewatkan untuk menikmati keindahan alam semesta secara langsung. Dengan persiapan yang tepat dan lokasi yang mendukung, pengamatan hujan meteor Lyrids bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan!

Infografis

Referensi
  1. Meteor Shower Calendar 2025-2026 (online). https://www.amsmeteors.org/meteor-showers/meteor-shower- calendar/ (diakses pada 8 April 2025)
  2. Lyrids Meteor Shower (online). https://science.nasa.gov/solar-system/meteors-meteorites/lyrids/ (diakses pada 8 April 2025)
  3. Stellarium 24.4

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *