Jum’at, 12 Agustus 2011
Beberapa teman-teman HAAJ melakukan pengamatan Perseids Shower di kediaman salah satu karyawan Planetarium Jakarta yaitu Bapak Muhammad Noer (akrab dipanggil dengan Pak Nur) yang berlokasi di Bogor, tepatnya di kecamatan Leuwiliang. Tim pengamat (Ronny, Rayhan, Vina dan Nita) berangkat dari Planetarium Jakarta pukul 8 malam dan menginjakkan kaki di kereta dari stasiun Gondangdia pukul 20.22 WIB. Satu teman kita lagi, Dessy yang juga ikut mengamat sepakat untuk bertemu di Stasiun Bogor. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Tepat pukul 21.30 WIB tim sampai di stasiun Bogor, dan disambut kedatangannya oleh Dessy. Di sinilah awal perjalanan dimulai.


 Keluar dari stasiun, kami mampir dulu di mini market yang ada di sana.

Dari mini market, kami melanjutkan perjalanan. Setelah berjalan beberapa menit, kami menaiki angkot yang menuju rumah Pak Nur. Ada yang unik saat kita menaiki angkot tersebut, angkotnya gaul. Mobil kecil seperti itu sudah dilengkapi dengan sound system dengan lampunya yang ajip-ajip, dan mini tv seperti halnya yang dipasang di beberapa mobil travel.

Setelah beberapa jam kami di dalam angkot, akhirnya sampai juga di Polsek Leuwiliang, tempat kita akan bertemu dengan Pak Nur. Sudah cukup lama kami menunggu, sangat disayangkan ternyata kami salah turun polsek.

 Meskipun salah turun, tidak menutup kemungkinan kita bisa tetap eksis di depan Polsek.

Alhasil, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Pak nur dengan berjalan kaki, yang cukup jauh dan terasa ‘ngebolang’ sekali berjalan di kota orang tengah malam dengan membawa tas yang cukup besar-besar. Selama perjalanan, kami terus menikmati malam itu. Dan yang lebih membuat kami menikmatinya, melihat penjual buah durian di pinggir jalan. Berhubung kami penggemar durian, sepakatlah kami untuk membelinya. Tidak tanggung-tanggung, 7 durian kami borong dengan harga Rp.50.000,- padahal yang makan hanya 5 orang. Hihihi..

Lihat saja bagaimana menggebunya sang ketua dalam memilih durian dengan harga ekonomis nan berkualitas.


Pukul 23.25 WIB kami tiba di rumah tujuan, kami beristirahat sejenak sambil menikmati durian yang sudah dibeli. Sayang sekali langit pada malam itu mendung tertutup awan tebal. Sekitar pukul 01.30 pagi, kami memulai perjalanan lagi untuk mencari tempat pengamatan. Dengan dipandu oleh Bapak Nur, kami sampai di sebuah tempat lapang yang luas, gelap, dan cocok sekali untuk pengamatan malam. Bahkan Pak Nur sendiri sempat mengatakan bahwa tempat itu lebih cocok untuk pengamatan dibandingkan di IPB (dapat rekomendasi bagus loh kita, teman-teman HAAJ). Tapi lagi-lagi, sangat disayangkan malam itu kami hanya bisa melihat awan tebal dan hanya Bulan satu-satunya benda langit yang dapat terlihat meskipun terkadang bersembunyi dibalik awan.


Sabtu, 13 Agustus 2011
Karena langit tidak memungkinkan untuk mengamat, akhirnya kami sepakat untuk kembali ke rumah Pak Nur untuk beristirahat. Sekitar pukul 4 pagi kami sahur bersama keluarga Pak Nur. Rasanya nikmat sekali bisa bersilaturahmi seperti itu. Selesai sahur, barulah kami (Rony, Rayhan dan Dessy) mengamat lagi di atas rumah Pak Nur yang kebetulan cukup dan memadai untuk kita mengamat lagi. Sambil menunggu meteor terlihat, kami mengambil foto langit pada pagi itu. Menghadap ke langit utara, kami dapat mengambil foto Rasi Orion, 
Pleiades, Jupiter, dan beberapa objek-objek langit lain yang terlihat saat itu.


Berikut merupakan foto-foto yang diambil oleh Ronny Syamara..

Rembulan bersinar terang dibalik selimut awan.




Rasi Orion
Bersembunyi di balik selimut awan


Lumayan sulit untuk mendapatkan meteornya. Kurang lebih satu jam kami memandangi langit malam hampir tak berkedip. Namun ternyata meteor terlihat dengan cerita yang unik. Ketika Dessy sedang dilanda ketakutan, Rayhan menyenandungkan salah satu nyayian horror di film Insidious. Dan tiba-tiba saja meteor dengan cantiknya melintas di puncak langit dari arah utara ke selatan. Sontak kami teriak semua. Teriak karena efek dari nyanyian Insidious dan keterkejutan kami dengan si meteor tersebut. Warna meteor yang putih kemerahan itu membuat kami terkesima. Namun sangat disayangkan tidak satu kamera pun yang berhasil mengabadikan momen tersebut. Padahal ada dua kamera yang stand by saat itu. Memang untuk mendapatkan foto Meteor Shower tidak semudah yang kita bayangkan. Tapi setelah itu kami tambah semangat untuk terus mengamati kalau-kalau ada meteor terlihat kembali. Tapi sayangnya si meteor tak menampakkan diri lagi ketika lima personil sudah lengkap untuk menyambut datangnya meteor. “Mungkin hari esok hari pengamatan di Puncak akan lebih baik dari hari ini“, pikir kami semua menghibur diri. :)
Setelah itu, kami beristirahat, dan kembali pulang ke Jakarta pukul 11.00 WIB. Perjalanan dan pengalaman dari pengamatan yang tidak terlupakan bagi kami semua. Dimulai dari naik kereta, salah turun lokasi, durian yang membuat kami hampir ‘gila’, astrofotografi dari atap rumah Pak Nur, sampai kedatangan meteor yang disambut oleh lagu Insidious. Perjalanan belum berakhir. Dan kami masih bersiap untuk menyambut pengamatan meteor di puncak.
Terima kasih untuk Pak Nur dan sekeluarga yang sudah bersedia dikunjungi dan direpotkan oleh kami. Silaturahmi yang luar biasa, dan semoga kami semakin dekat dalam hubungan keluarga besar Planetarium Jakarta dan HAAJ.

-Salam HAAJ-
Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *