Dari massa bintang dapat diprediksi akhir riwayatnya karena makin lama bahan bakar ini makin menipis. Kalau terlalu kecil akhirnya menjadi katai gelap/coklat. Untuk Matahari, dapat menjadi katai putih dengan proses bersamaan terbentuk Kabut Planet (Planetary Nebulae). Atau kalau massanya cukup besar dapat menghasilkan nova atau supernova. Bahkan diindikasikan adanya hipernova. Dari penelitian ternyata fenomena supernova dapat melahirkan bintang neutron, pulsar (pulsating radio sources), dan lubang hitam.
Bintang bermassa besar akan membentuk unsur berat dipusatnya. Suatu saat akan terjadi penumpukan energi yang luar biasa sedemikian tercipta keadaan elektron terdegenerasi, besarnya tekanan sepenuhnya ditentukan hanya oleh besaran kerapatan massa (persamaan gas ideal tak berlaku lagi). Terjadilah ledakan nuklir yang sangat hebat. Untuk yang bermassa ± 6-10 kali massa Matahari biasanya akan meledak – hancur berantakan tak bersisa (Supernova tipe I ≡ SNI). Yang lebih besar akan berbeda. Dipusatnya akan terbentuk inti besi, inti yang paling mantap karena energi ikatnya paling kuat. Tapi bila tekanan dan temperatur makin tinggi, inti besi justru terurai menjadi inti unsur yang lebih ringan yang bersifat menyerap energi. Kondisi ini membuat tekanan di pusat bintang mendadak turun dan terjadilah keruntuhan gravitasi (gravitational core-collapse) dan berlangsung dalam orde detik bahkan milidetik (Supernova tipe II ≡ SNII).
Saat pusat bintang makin mampat akibat keruntuhan, di batas pusat-mantel bintang terjadi reaksi nuklir yang sangat hebat yang energinya melontarkan lapisan mantel ke segala arah dalam ujud ledakan. Sementara di pusat yang sudah begitu mampat (istilahnya “mencapai kerapatan nuklir”, r ~ 1015), elektron yang ada berhasil menembus inti (fusi nuklir) membentuk neutron. Saat neutronnya terdegenerasi, dampaknya tekanan naik dan keruntuhan berhenti. Terbentuklah bintang neutron. Bila bintang neutron ini berotasi sangat cepat, maka terbentuklah pulsar. Bintang ini baru ditemukan tahun 1967 oleh Hewish-Bell dan merupakan jawaban dari perhitungan Baade-Zwicky-Landau tahun 1934. Bila kita bayangkan Matahari dapat menjadi bintang neutron, maka radiusnya harus diperkecil menjadi ±10 km.
Bila tekanan neutron terdegenerasi pun tak sanggup menahan keruntuhan gravitasi tersebut, maka kalau kita kaitkan dengan adanya kelengkungan ruang-waktu akibat kerapatan yang luar biasa besar – maka dapat terjadi bila jejari bintang mencapai radius yang dikenal dengan radius Schwarzschild. Kondisi seperti ini menyebabkan cahaya pun tidak dapat lepas dari permukaannya. Benda inilah yang disebut Black Hole atau Lubang Hitam. Untuk Matahari harus diperkecil hingga jejarinya tinggal ± 2-3 km.
salam wr
Oya, untuk yang minggu depan mulai hari Senin menjalani Ujian Sekolah, UAS, met belajar – met konsentrasi lagi. Jaga kondisi badan, makan yang banyak tapi jangan kebanyakan. Gemuk dikit gak apa-apa (kalau bisa gemuk .. Ufh). Untuk yang mau seleksi OA sektor Jakarta, siap-siap juga pelatihan dan berlaga lagi. Sip.
Mas WR,
Bener2 disingkat amet tulisan Lubang Hitamnya, jd agak pelan2 bacanya.