Pada 2017 ini, HAAJ kembali mengadakan Workshop Astronomi Amatir atau WAA yang sekaligus juga dalam rangka memperingati World Space Week atau Pekan Antariksa Dunia yang tiap tahunnya diperingati dari tanggal 4-10 Oktober. Sebenarnya kegiatan yang HAAJ selenggarakan in telat satu minggu dari tanggal World Space Week yang seharusnya, yaitu pada 21 Oktober. Namun, yang penting misi untuk mempopulerkan ilmu keantariksaan dan partisipasi dalam menyemarakkan World Space Week 2017 dapat tercapai.

Tahun ini, tema yang diusung adalah “Exploring New Worlds in Space“. Tema ini tentu berkaitan erat dengan teknologi, instrumentasi, penelitian dan penemuan-penemuan terbaru di bidang eksplorasi luar angkasa. Makanya, kegiatan WAA 2017 ini pun memiliki rangkaian kegiatan yang selaras dengan tema World Space Week.
Kegiatan WAA tahun ini menarik minat masyarakat, dari kalangan pelajar, mahasiswa, bahkan dari kalangan masyarakat umum yang “senior”. Tercatat, 100 peserta yang hadir dari kuota 100 orang yang dibuka oleh HAAJ. Tentunya, animo ini jadi kabar baik yang menandakan bahwa generasi muda di Indonesia masih banyak yang memiliki ketertarikan terhadap sains, khususnya Astronomi.
Pembukaan acara disampaikan oleh Indra Firdaus sebagai ketua HAAJ, sekaligus menandakan rangkaian kegiatan WAA 2017 dimulai. Menariknya, tahun ini terdapat sesi talkshow dengan tema “Perspektif Kajian Astrofisika & Astrobiologi terhadap Eksplorasi Ruang Angkasa”, dengan pembicara Helmi Romdhoni dan Adisetyo Panduwirawan.

Helmi menceritakan peranan penelitian bidang astrobiologi dalam kaitannya dengan penjelajahan luar angkasa, yang kini banyak dibuat penelitiannya. FYI, Helmi merupakan salah satu pengurus HAAJ yang saat ini sedang melanjutkan studinya di Pasca Sarjana Biologi IPB. Dia menjelaskan bahwa astrobiolog sudah lama memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan di alam semesta yang belum terjawab hingga kini, dan sekarang menjadi semakin menarik karena kehadiran teknologi sudah dapat membantu untuk mulai menjawabnya.
Sedangkan Adisetyo Panduwirawan, yang memiliki latar belakang keilmuan fisika, memaparkan tentang perkembangan astrofisika dalam proses eksplorasi luar angkasa. Tentunya bukan astrofisika seperti pada mata kuliah di perguruan tinggi dengan rumur-rumus rumit yang ia sampaikan, melainkan sebuah kisah tentang ragam fenomena di alam semesta dari sudut pandang ilmu astrofisika yang saat ini menjadi banyak perhatian berbagai kalangan dengan penyampaian yang ringan dan interaktif.

Bukanlah workshop namanya kalau tidak ada praktik. Setelah sesi talkshow usai, kegiatan dilanjutkan dengan workshop teleskop yang dibawakan oleh Muhammad Rayhan. Ia dikenal dengan karya astrofotografinya yang banyak memukau khalayak. Rayhan mengawali sesi tersebut dengan pengantar tentang optik, hingga penjelasan mengenai berbagai macam jenis teleskop.
Teleskop menjadi instrumen yang pertama kali digunakan manusia untuk menjelajahi alam semesta lebih dekat lagi, tanpa adanya teleskop mungkin kita belum mengetahui rupa alam semesta yang banyak dihuni oleh objek-objek redup yang sulit dilihat mata kita. Seraya menjelaskan, Rayhan juga memperlihatkan sebagian jenis teleskop dengan peragaan langsung di hadapan para peserta.

Pada workshop teleskop ini HAAJ menyediakan 10 set teleskop untuk digunakan peserta belajar langsung, mulai dari mengenal bagian-bagiannya, cara pemasangannya, hingga pengoperasiannya dengan benar. Tentunya dengan hands-on learning ini peserta dapat memahami dengan lebih baik dibanding hanya belajar dari buku teks biasa ataupun dari artikel di internet. Peserta pun dapat mempraktikan langsung termasuk belajar meneropong objek langit siang hari itu, yakni Matahari.
Hal itu ternyata membuat para peserta antusias karena “mengintip” Matahari dengan teleskop, sekaligus jadi pengalaman perdana bagi sebagian besar peserta. Ditambah lagi, proses mengintipnya dengan usaha bidikan sendiri, yang banyak peserta masih kesulitan menemukan sang surya di pandangan lensa okuler teleskop. Didorong rasa penasaran yang tinggi, bahkan membuat sebagian peserta ingin mencoba membidik hingga beberapa kali.
“Ayo, sudah jam dua belas lewat. Apa gak ada yang mau makan siang?“, seperti itulah motivasi yang dilontarkan oleh Rayhan kepada peserta yang masih saja terus mengotak-atik teleskop yang belum sejajar dengan Matahari, agar dapat segera berhasil melihatnya di teleskop dan bisa segera istirahat sebelum melanjutkan ke rangkaian kegiatan berikutnya. Akhirnya, praktik pengamatan Matahari sukses membuat durasi sesi pengenalan teleskop ini bertambah panjang dari yang seharusnya.

Setelah ISHOMA, dimulailah sesi ketiga, yaitu workshop roket air dan roket metanol, yang dibawakan oleh Ronny Syamara untuk roket air, dan Nurdiansah untuk roket metanol. Keduanya merupakan “pakar” di HAAJ pada bidangnya masing-masing. Ronny adalah seorang astrofotografer juga spesialis ilmu tata koordinat benda langit, maka tak heran jika ia sudah lama sering ikut membantu mengajarkan ilmu yang sering dianggap memusingkan tersebut baik itu di HAAJ bahkan kepada peserta olimpiade astronomi.
Sedangkan Nurdin adalah spesialis wahana antariksa, maka jika ada yang ingin bertanya tentang segala macam dan sejarah wahana antariksa yang sudah atau akan diluncurkan, maka Nurdin adalah orang yang tepat untuk memberi jawaban tersebut. Ia juga sering disebut dengan julukan ahli ngecap di HAAJ karena ialah yang paling mumpuni dalam hal bercerita keastronomian kepada siapapun, bahkan hingga semalam suntuk.

Lalu, mengapa roket yang menjadi materi workshop kali ini? Karena tentu saja teknologi roket yang membuka misi penjelajahan luar angkasa dan pemanfaatan sumber daya pada orbit bumi –seperti satelit dan teleskop luar angkasa–menjadi kenyataan. Mengingat, dengan teknologi roket pula manusia telah berhasil menjejakkan kakinya di permukaan Bulan. Namun, dalam WAA 2017 ini bukan roket besar dan canggih yang hendak dibuat, melainkan roket air dan roket metanol.
Roket air yang sudah populer dikalangan pelajar, ternyata belum banyak yang tahu bagaimana cara membuatnya. Diawali dengan presentasi oleh Ronny mengenai roket air, ia menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dasar roket, termasuk bagaimana cara roket dapat meluncur, hingga bahan dan komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat sebuah roket air.

Bagian intro mengenai roket pun langsung disambung oleh Nurdin tentang roket metanol. Sepintas mungkin terbersit pemikiran jika roket metanol ini adalah sebuah roket dengan mesin propulsi berbahan bakar metanol cair. Namun bukan roket bermesin seperti itu yang dimaksud. Tentu saja masih roket sederhana dengan menggunakan metanol sebagai bahan pembakarannya, lebih tepatnya lagi uap metanol yang dipakai.
Setelah pengenalan awal mengenai kedua roket selesai maka dilanjutkan dengan praktik membuat kedua roket tersebut. Peserta yang memang sudah dibagi ke dalam kelompok-kelompok sejak awal workshop dimulai kembali bergabung ke dalam kelompoknya untuk mengerjakan pembuatan roket bersama-sama. Karena ada dua macam roket maka ada dua kelas terpisah yang diikuti 5 kelompok pada kelas roket air dan 10 kelompok pada kelas roket metanol, yang keduanya berjalan paralel.

Setelah selesai merancang dan membuat roket karya kelompok mereka masing-masing, maka tibalah saatnya peluncuran. Tentu saja proses peluncuran menjadi momen yang dinanti-nanti pada sesi workshop roket ini. Diawali oleh kelas roket metanol yang memang pengerjaannya relatif lebih mudah sehingga selesai lebih dulu, peserta pun tampak antusias mencoba meluncurkan roket yang sudah dibuat. Riuh sorak sorai peserta meramaikan suasana peluncuran. Ada yang sekali mencoba roket pun dapat langsung meluncur dan melesat cepat, adapula yang sempat gagal. Meski gagal hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk kembali mencoba, bahkan hingga ada peluncur yang sedikit rusak karena begitu bersemangat ketika menekan pemicunya hingga lupa untuk tidak menekannya terlalu keras.
Begitu pula pada peluncuran roket air, peserta yang mayoritas adalah pelajar tampak sudah siap dengan dengan roket yang terbuat dari botol plastik tersebut. Peluncuran pun dilakukan dengan mengikat roket dengan seutas tali yang cukup panjang yang bertujuan agar roket tidak meluncur terlalu jauh. Sayangnya, di etngah antusias peserta, masing-masing roket hanya sempat diluncurkan satu kali karena waktu sudah menjelang sore. Sekaligus menandai dimulainya sesi terakhir dari rangkaian kegiatan WAA 2017 ini, yakni mini seminar yang sekaligus juga merupakan pertemuan rutin dwimingguan HAAJ.
Materi yang disampaikan sore itu berjudul “Eksplorasi Ruang Angkasa: Jupiter”, Nurdin kembali menjadi narasumbernya. Dengan pengetahuan dan pengalamannya yang sudah hampir dua dekade tentunya Nurdin sudah sangat fasih dalam hal-hal yang berkaitan dengan misi luar angkasa, wahana antariksa, dan sebagainya. Nurdin pun mengajak para peserta WAA dan peserta pertemuan rutin kembali menjajaki sejarah awal mula penerbangan dan teknologi peroketan dari masa ke masa, tak lupa pula mitologi-mitologi yang mengawali mimpi manusia untuk dapat terbang dan mengangkasa. Karena tentu saja eksplorasi luar-Bumi baru dapat terlaksana tatkala teknologi roket dan wahananya telah tercipta.
Planet Jupiter yang menjadi planet gas terbesar di Tatasurya menjadi daya tarik tersendiri bagi ilmuwan untuk mengungkap rahasia Planet gas tersebut melalui berbagai misi yang telah dicapai oleh manusia. Pada perjalanannya akhirnya penjelajahan untuk mengeksplorasi dunia baru menemukan jalurnya masing-masing, saat sebuah teknologi semakin maju maka semakin spesifik pula tujuannya, termasuk pada eksplorasi sebuah Planet asing. Itulah sekelumit kisah pada kegiatan Workshop Astronomi Amatir HAAJ 2017 hingga acara pun ditutup pada pukul 18:00 WIB. Sampai jumpa pada kegiatan Workshop Astronomi Amatir berikutnya.
