Selamat memasuki November manteman!

Pada awal bulan, kita akan disambut dengan fenomena hujan meteor yang berasal dari rasi Taurus. ­Yap, Hujan Meteor Taurid, lebih spesifiknya adalah Hujan Meteor Taurid Selatan. Pasalnya ada dua jenis hujan meteor Taurid loh; Utara dan Selatan. FYI, Hujan Meteor Taurid Selatan ini sudah berlangsung sejak tanggal 20 Oktober dan akan berakhir sampai penghujung November ini.

Nah, biar lebih jelas, yuk simak fakta-fakta Hujan Meteor Taurid!

Tidak Datang Beramai-Ramai

Meteor Shower
Hujan Meteor Taurid Selatan. Sumber: express.co.uk

Faktanya, Hujan Meteor Taurid Selatan akan mencapai puncaknya pada dini hari (5/11). Meskipun sedang masa puncak, intensitas kemunculan Hujan Meteor Taurid ini tergolong rendah, tak lebih dari 8 Zenithal Hourly Rate (ZHR). International Meteor Organization (IMO) menggolongkan Hujan Meteor Taurid ini pada Kelas II, yaitu hujan meteor yang intensitasnya antara 2-10 ZHR pada fase puncak. Biasanya hanya para astronom profesional dan pengamat langit yang sudah biasa berburu meteor lah yang dapat membedakan antara meteor dari hujan meteor yang tergolong pada kelas ini, dengan meteor yang kemunculannya tak tentu (random).

 

Fireball dengan Energi Tinggi

Skema lokasi tumbukan meteoroid Taurid di permukaan Bulan pada 7 November 2017. Enam gambar kecil di pojok kiri bawah adalah citra tumbukan yang sempar terkam dari Bumi. Sumber: NASA

Meskipun intensitas kemunculanya rendah, Hujan Meteor Taurid memproduksi kilatan cahaya meteor yang cukup terang atau biasa disebut fireball. Hal ini disebabkan bongkahan meteoroid di angkasa yang ukurannya tergolong besar. Dilansir NASA, bahwa fenomena meteor ini berasal dari komet 2P/Encke yang sebagian tubuhnya hancur oleh medan gravitasi Bumi atau Planet Jupiter sekitar 20,000-30,000 tahun yang lalu dan meninggalkan bongkahan-bongkahan meteoroid besar di sekitar orbit Bumi.

Karena ukurannya besar, energi yang dimiliki oleh meteoroid juga tinggi dan mampu merangsek jauh ke dalam atmosfer bumi dengan kecepatan 27 km/detik.  Bahkan batuan tersebut ada yang baru habis terbakar pada ketinggan 68 km dari permukaan bumi. Bandingkan dengan meteoroid pada Hujan Meteor Orionid yang rata-rata habis terbakar pada ketinggan 95 km dari permukaan bumi. FYI, 12 tahun yang lalu pada tanggal 7 November, terjadi peristiwa tumbukan antara meteoroid Taurid dengan permukaan Bulan. Karena ukurannya yang besar, para pengamat NASA dapat  mengabadikannya dari Bumi.

 

Komet 2P/Encke

Komet 2P/Encke pada 12 April 2017. Sumber: cometography.com

Tidak seperti penamaan komet pada umumnya, nama Encke bukan diambil dari penemunya (Pierre Mechain) melainkan nama astronom yang berhasil menghitung dengan tepat periode orbitnnya yaitu  Johann Franz Encke. Komet 2P/Encke merupakan sebuah komet dengan periode orbit 3,3 tahun.  Saat ini posisi komet 2P/Encke sedang berada pada rasi Capricon. Tetapi sangat sulit untuk melihat komet 2P/Encke tersebut, karena intensitas cahaya yang sangat redup.  Magnitudo semunya saat ini berkisar  pada angka 18.

Pengamatan

Skema Puncak Hujan Meteor Taurid Selatan


Seperti biasanya, pengamatan hujan meteor tidak memerlukan peralatan khusus seperti teleskop atau pun binokular. Cukup mata dan tempat yang nyaman untuk mengarahkan pandangan ke langit sepanjang malam.

Malam ini tanggal 4 November 2017, Rasi Taurus akan terbit pukul 20:45 WIB sekitar 20 derajat dari titik timur ke arah utara. Rasi Taurus pun cukup mudah untuk ditemukan, dengan mencari bintang paling terang yaitu Aldebaran, yang bersinar kemerahan atau gugus bintang Pleiades yang terletak 4 derajat ke arah utara dari Bintang Aldebaran.

Pukul 01:25 WIB tanggal 5 November 2017, titik radian Taurid akan berada pada posisi tertingginya di langit, yaitu 64 derajat dari horizon utara (RA 4jam28m, deklinasi 20 derajat). Meskipun ini saat terbaik untuk menikmati puncak Hujan Meteor Taurid, namun lebih baik jika pandangan kita mengarah ke 30—40 dejarat dari titik radian Taurid. Karena disekitar itulah biasanya meteor akan muncul.

Selain intensitas kemunculan yang rendah, kendala lain juga muncul dari cahaya Bulan yang membuat langit malam ini cukup terang. Pasalnya, malam nanti, Bulan masih berusia 17 hari dan hanya berjarak 19 derajat dari titik radian Taurid Selatan. Selain Taurid, malam ini juga akan muncul meteor-meteor Orionid, namun tidak sebanyak kemunculan pada fase puncaknya di tanggal 21 Oktober 2017. Hujan Meteor Orionid baru akan berakhir pada tangga 7 November 2017 nanti.

Nah, kalau kamu berada di daerah dengan langit yang bebas polusi, tidak ada salahnya untuk menikmati akhir pekan dengan memandang keindahan langit malam. Siapa tahu, kamu dapat melihat beberapa fireball melesat di langit malam ini. Tetapi untuk kamu yang tinggal di kota Jakarta, mungkin perlu bersabar untuk melihat fenomena ini ya, karena kondisi langit yang penuh dengan polusi udara dan polusi cahaya.

Selamat Mengamat! Semoga langit cerah!

Shares:
3 Comments
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *