Ruang antar planet dan segenap pelosok Tata Surya bukan ruang kosong. Banyak materi aneka jenis juga debu atau batuan beragam ukuran dengan jumlah tak terhitung. Bila materi ini kena pengaruh gravitasi Bumi, maka masuk ke atmosfer lalu jatuh ke Bumi dengan kecepatan tinggi. Hanya saja materi ini harus terlebih dahulu bergesekan dengan materi di atmosfer kemudian panas dan berpijar atau terbakar. Umumnya pijaran api ini (mengenai warna pijarannya tergantung unsurnya) di ketinggian 50 – 150 km. Melesat cepat – tampak seperti seleret/garis cahaya, kadang panjang kadang pendek di langit tampak seperti bintang jatuh. Kadang hanya tampak sekedipan mata, kadang beberapa detik. Julukannya memang bintang jatuh, kadang bintang berpindah. Inilah yang disebut meteor. Kalau relatif besar biasa disebut bolide meteor (fireball) dan dapat terlihat beberapa detik. Calon meteor disebut meteoroid. Bila meteoroidnya besar, kadang belum terbakar habis sudah sampai ke Bumi. Batuan sisa ini disebut meteorit.

Meteor dapat jatuh menuju ke arah mana saja. Hal ini tampak dari lokasi penemuan meteorit yang tersebar di seluruh muka Bumi. Misal di Hoba – Afrika (60 ton), Greenland (36 ton), bahkan di Indonesia pun ditemui yang cukup besar. Misal yang ditemukan tahun 1801 di daerah Prambanan berbobot sekitar 800 kg yang kini sebagiannya disimpan di Kraton Surakarta. Koleksi lain ada yang disimpan di Museum Geologi Bandung, Planetarium Jakarta, dan LAPAN Jakarta.

Setelah diteliti ternyata meteoroid bukan hanya dari materi antar planet biasa. Ada batuan Bulan, Mars, asteroid, komet (komet dibahas berikutnya ya), dsb. Unsur meteoroid terdiri dari silikat atau jenis aerolit – tampak seperti batuan yang kita kenal dan jenis ini terbanyak, 61%. Ada berunsur logam atau jenis siderit, dan juga campuran keduanya disebut litosiderit atau siderolit.

Pada waktu tertentu dan berkala tiap tahun, Bumi berpapasan dengan sekelompok materi sedemikian hal ini menimbulkan peristiwa hujan meteor (meteor shower). Arah datang seolah dari satu titik di langit yang disebut Titik Radian. Sebenarnya akibat perspektif belaka. Ibarat melihat rel kereta api yang seolah bertemu di satu titik di kejauhan. Saat hujan meteor akan tampak puluhan sampai ribuan meteor jatuh per jam. Peristiwa ini berkaitan dengan asteroid dan komet.

Bagaimana cara melihat meteor? Sedapat mungkin di daerah yang bebas polusi udara dan polusi cahaya akibat terang benderangnya lampu kota (pada beberapa kasus, dapat terlihat siang atau sore hari, dan biasanya bolide meteor). Paling baik diamati dengan mata telanjang. Hampir tiap malam dapat terlihat di lautan bintang (bagi yang beruntung).


Salam wr

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *