Ini mungkin foto selfie paling futuristik di awak! Rover bulan Pragyan milik India ‘berswafoto’ dengan landernya, si Vikram, untuk pertama kalinya. Keduanya tengah menjalani misi canggih dalam ekspedisi revolusioner Chandrayaan-3.

Organisasi Riset Antariksa India (ISRO) merilis dua gambar hitam putih Vikram pada Rabu, 30 Agustus. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan lander misi Chandrayaan-3 yang kokoh berdiri di permukaan bulan yang tertutup debu.

“Senyum, dong 📸! Rover Pragyan motret Vikram Lander pagi ini,” cuit ISRO di platform X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter. “Hasil jepretan ini dari misi kami diambil oleh Kamera Navigasi yang terpasang di papan Rover (NavCam).”

Image credit: ISRO

Berdasarkan keterangan cuit tersebut, foto ini diambil pada Rabu (30 Agustus) pukul 7:35 pagi Waktu Standar India (10:30 malam EDT pada Selasa, 29 Agustus, atau 01:30 GMT pada Rabu). Salah satu gambar diberi anotasi, menunjukkan dua sensor ilmiah milik Vikram yang sudah dikerjakan di permukaan bulan — yaitu Chandra’s Surface Thermophysical Experiment (ChaSTE) dan Instrument for Lunar Seismic Activity (ILSA).

Pendaratan misi Chandrayaan-3 di bulan dilakukan pada Rabu, 23 Agustus. Satu hari setelahnya, si rover Pragyan turun dari lander, dan keduanya mulai menjalankan eksplorasi ilmiah mereka. Selama seminggu setelah pendaratan, misi ini berhasil mengirimkan sejumlah gambar dan video yang memperlihatkan Pragyan berkeliaran di permukaan bulan, meninggalkan jejak di tanah bulan. Dan gambar yang dirilis hari ini adalah yang pertama menunjukkan lander tersebut melalui ‘mata’ sang rover.

Muatan ChaSTE dalam misi ini mencuri perhatian pekan ini saat alat ini mengukur suhu permukaan bulan, pengukuran pertama yang dilakukan di dekat area kutub selatan dengan sensor yang ditempatkan langsung di permukaan, bukan dari orbit. Alat ini dilengkapi dengan probe yang berhasil mengebor hingga 10 sentimeter ke dalam tanah bulan yang lembut untuk memahami bagaimana suhu tanah berubah dengan kedalaman.

Hasil pengukuran mengejutkan, dengan perbedaan suhu yang tajam hanya dalam lapisan permukaan: Hanya sekitar 8 cm di bawah permukaan, tanah beku dengan suhu -10 derajat Celsius, sementara permukaannya mendidih pada suhu lebih dari 60 derajat Celsius.

Permukaan bulan bisa sangat panas selama dua minggu siang bulan, karena tak seperti Bumi, tubuh bulan tak dilindungi oleh atmosfer tebal yang bisa menyerap panas matahari dan menyeimbangkan perbedaan suhu antara saat sinar matahari mencapai permukaan bulan dan saat tidak.

Suhu yang diukur oleh Vikram masih tergolong lumayan hangat. Pengukuran sebelumnya oleh wahana antariksa yang mengorbit bulan menunjukkan bahwa, terutama di sekitar khatulistiwa bulan, suhu bisa mencapai 127 derajat Celsius siang hari dan turun drastis hingga -173 derajat Celsius pada malam hari, menurut NASA. Makanya, misi berawak ke bulan harus dilakukan saat fajar bulan, di saat bulan sedikit menghangatkan diri, cukup untuk manusia bekerja tapi belum terlalu panas.

Chandrayaan-3 Temukan Jejak Belerang di Bulan

Image credit: ISRO

Dalam pengumuman terpisah, ISRO juga mengungkapkan bahwa Chandrayaan-3 menemukan jejak sulfur di tanah bulan. Sulfur sebelumnya sudah pernah ditemukan dalam jumlah kecil pada sampel yang dibawa ke Bumi oleh misi Apollo pada 1970-an, tapi para ilmuwan belum yakin seberapa umum mineral ini di bulan. Mereka meyakini bahwa sulfur bulan berasal dari aktivitas tektonik masa lalu, dan lebih memahami kelimpahannya bisa membantu mereka memahami sejarah bulan yang lebih baik.

Chandrayaan-3 kini sudah setengah perjalanan menuju masa tugasnya yang direncanakan, karena baik rover maupun lander tidak diharapkan bertahan hidup selama dua minggu malam bulan yang akan datang. Baterai kendaraan bertenaga surya ini tak cukup kuat untuk menjaga sistem mereka tetap hidup saat suhu turun drastis dan kegelapan menyelimuti permukaan bulan.

Misi ini merupakan upaya pertama India yang sukses mendarat di bulan, dan juga mendarat dengan sukses di wilayah kutub selatan. Sebelumnya, hanya Amerika Serikat, Uni Soviet sebelumnya, dan China yang berhasil menempatkan wahana antariksa mereka di permukaan bulan dengan penurunan yang terkendali. Awal tahun ini, lander Jepang bernama Hakuto-R mengalami kecelakaan saat menabrak tepi kawah saat sedang mendarat. Misi Luna-25 dari Rusia mengalami nasib serupa hanya tiga hari sebelum kesuksesan Chandrayaan-3. India sendiri sebelumnya pernah mencoba mendarat di bulan dengan Chandrayaan-2 pada 2019; meskipun lander Chandrayaan-2 mengalami kegagalan karena masalah perangkat lunak, orbiternya masih mengamati bulan dari atas.

Wilayah kutub selatan yang diteliti oleh Chandrayaan-3 memiliki nilai ilmiah yang besar karena kawah-kawah yang selalu dalam bayangannya diyakini memiliki banyak air yang membeku. Air ini, menurut para ilmuwan, bisa diekstraksi dan digunakan untuk membuat air minum dan oksigen bagi awak manusia di masa depan, yang akan mengurangi biaya misi semacam itu.

Para astronom juga memperhatikan kawah gelap di wilayah ini. Karena suhu di dalam kawah-kawah ini sangat stabil, para ilmuwan berpikir bahwa kawah-kawah ini dapat menyediakan lingkungan ideal untuk teleskop

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *