Para astronom baru-baru ini menemukan sepasang jet plasma yang memecahkan rekor, memancar dari lubang hitam supermasif dan menjangkau jauh ke luar galaksi induknya. Penemuan ini menandai salah satu fenomena paling spektakuler dalam astronomi modern, dengan jet plasma tersebut membentang sejauh 23 juta tahun cahaya, setara dengan panjang 140 galaksi Bima Sakti yang disusun berdampingan.

Ilustrasi artis dari jet Porphyrion. Para astronom kini menduga bahwa jet raksasa semacam ini memiliki peran dalam membentuk evolusi alam semesta. Foto: E Wernquist/D Nelson/IllustrisTNG Collaboration/M Oei/Caltech/PA

Jet plasma ini dinamai Porphyrion, sesuai dengan nama raksasa dalam mitologi Yunani. Aliran plasma yang kuat ini muncul dari bagian atas dan bawah lubang hitam supermasif, dengan output daya gabungan setara dengan triliunan matahari. Jet lubang hitam adalah aliran ion bermuatan, elektron, dan partikel lainnya yang dipercepat hingga mendekati kecepatan cahaya oleh medan magnet yang sangat kuat di sekitar lubang hitam.

Penemuan dan Implikasinya

Porphyrion ditemukan oleh teleskop Low-Frequency Array (Lofar) milik Eropa selama survei langit yang mengungkap lebih dari 10.000 jet lubang hitam raksasa. Banyak dari jet ini begitu kuat sehingga mereka mendorong jauh melampaui galaksi induk lubang hitam dan jauh ke dalam kekosongan kosmik, jaringan materi yang menghubungkan galaksi-galaksi.

Ukuran Porphyrion yang luar biasa membuat para astronom menduga bahwa jet raksasa semacam ini memiliki peran dalam membentuk evolusi alam semesta. Jet lubang hitam dapat memadamkan pembentukan bintang tetapi juga menyemburkan sejumlah besar materi dan energi jauh ke dalam ruang angkasa. Dr. Martijn Oei, seorang peneliti pascadoktoral di Caltech, menyatakan bahwa penemuan ini menunjukkan hubungan erat antara struktur kecil dan besar di alam semesta.

Sistem jet raksasa Porphyrion yang terdeteksi oleh teleskop Lofar. Foto: Caltech

Pengamatan dan Penelitian Lanjutan

Setelah menemukan Porphyrion, para peneliti, termasuk Profesor Martin Hardcastle dari University of Hertfordshire, menggunakan teleskop radio Giant Metrewave di India dan Observatorium WM Keck di Hawaii untuk menentukan lokasinya dalam sebuah galaksi yang 10 kali lebih masif dari Bima Sakti dan sekitar 7,5 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Para peneliti percaya bahwa jet Porphyrion mulai terbentuk ketika alam semesta berusia sekitar 6,3 miliar tahun, kurang dari setengah usianya saat ini, dengan jet tersebut membutuhkan waktu satu miliar tahun untuk tumbuh hingga panjang yang diamati. Dr. Oei menambahkan bahwa lebih banyak sistem jet lubang hitam seperti Porphyrion mungkin telah ada di masa lalu dan bersama-sama dapat memiliki dampak besar pada jaringan kosmik dengan mempengaruhi pembentukan galaksi, memanaskan medium dalam filamen, dan bahkan dapat memagnetisasi kekosongan kosmik.

Kesimpulan

Penemuan Porphyrion membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang alam semesta dan peran lubang hitam dalam evolusi kosmik. Dengan lebih banyak penelitian, para astronom berharap dapat mengungkap lebih banyak tentang bagaimana jet-jet ini mempengaruhi struktur besar alam semesta. Untuk informasi lebih lanjut tentang penemuan ini, Anda dapat membaca artikel lengkapnya di The Guardian.

Penemuan ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang lubang hitam dan jetnya, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang bagaimana struktur besar di alam semesta saling berhubungan dan berkembang seiring waktu.

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *