TAURUS SANG BANTENG
Gambar 1

Credit: WS. *Latar belakang: Gugus galaksi Abell 1689 – NASA, ESA, E. Jullo (JPL), P. Natarajan (Yale Univ.), J.P. Kneib (Laboratoire d’Astrophysique de Marseille, CNRS, France); Gugus bintang NGC 346 di Awan Magellan Kecil – NASA, ESA and A. Nota (STScI/ESA); Gugus galaksi Cl 0024+17 – NASA, ESA, and M.J. Jee (Johns Hopkins Univ.)

Agak sulit menera, kapan Taurus (Yunani: Tauros) dibakukan sebagai rasi bintang, termasuk gambarannya: banteng (Bull) atau sapi (Cow atau Heifer). Sejak era Claudius Ptolemeaus, Taurus dijadikan simbol zodiak ke 2 khususnya dalam ranah astrologi bahkan hingga kini. Sekitar 5000 tahun lalu (era Mesopotamia: Sumeria, Assyria, Babylonia), Sang Banteng telah dijadikan tanda Vernal Equinox, posisi Matahari sebagai tanda hari pertama musim panas (tepatnya pada area Taurus yang mana belum jelas). Pada akhir abad SM, “March equinox” di batas Aries – Pisces, artinya kita berada pada penutup era Pisces menuju era Aquarius (pen.: ingat presesi Bumi).

Unik juga bahwa yang sering terkait sebagai penanda justru Pleiades (sebagai rasi bintang). Abad 8 SM, dalam karya Homer yang terkenal (Iliad XVIII) ada tokoh Hiphaistos yang membuat tameng untuk Achilles (kisah Troya) bertatahkan tulisan:

“the Pleiades and the Hyades and the strength of Orion, …”.
Atau dalam karya puisi Hesiod (Work and Days, 650 SM), yang terkait kalender pertanian:

“When Pleiades, daughter of Atlas are rising
begin the harvest, the plowing when they set.”

Terkait terbitnya pada pagi hari di bulan Mei. Terbit sesaat sebelum Matahari terbit. Atau disebut “morning rising” (posisi konjungsi mirip Venus sebagai bintang pagi), “harvest the wheat – saatnya panen gandum”. Atau pada saat lain – terbenam di barat sesaat sebelum Matahari terbit sebagai akhir musim gugur “plow the land and sow the grain – saatnya membajak dan menabur benih”. Diistilahkan sebagai “morning setting”, “winter wheat”.

Dalam sistem kalender ini, penanda awal kalender Hesiod adalah “in the fall, morning setting of Pleiades”. Lebih lengkapnya:

“When Pleiades and Hyades and strong Orion set,
Remember it is seasonable for sowing,
And so the completed year passes beneath the earth”

Jelas Pleiades sebagai rujukan, bukan Taurus.

Bersamaan di Babylonia (abad 7 SM), pada text MUL.APIN (Plow Star) untuk kalender bintangnya (parapegma):

“On the 1st of Ajjaru, the stars become visible

(pen.: Ini terkait morning rising, dan the stars di sini adalah Pleiades atau MUL.MUL. Untuk Ajjaru, dalam teks lain juga disebut Addaru)

On the 20th of Ajjarru, the Jaw of the Bull becomes visible”

(pen.: The Bull of Heaven = GU.AN.NA = Taurus, penandanya adalah “the Jaw” – kemungkinan Gamma Tauri. Untuk daerah utara, yang terbit lebih dulu adalah Pleiades diikuti Gamma Tauri. Dari penampakan di langit – maklum kalau Pleiades sering jadi penanda. Juga dari teks, ada selang waktu 20 hari antara terbit Pleiades dengan Gamma Tauri). Juga dalam text tersebut dipertegas:

 “The Stars rise and the Scorpion sets,
The Scorpion rises and the Stars set,
The Bull of Heaven rises and SU.PA sets”

(pen.: makin jelas dibedakannya Pleiades dan Taurus; SU.PA = zodiak ke 9 Sagittarius).

Motif banteng bentuk setengah badan (badan hingga kepala) telah ditemukan di Babylonia sekitar tahun 2000 SM. Namun apa ini terkait pasti dengan Taurus sampai kini belum dapat dibuktikan. Asumsi saja bahwa ini gambaran Taurus sang banteng walau dalam mitologi tergambar banteng atau sapi dan ini ada dan diterima di aneka budaya manca negara. Yang jelas, hingga kini ujud Taurus tetap setengah badan termasuk konstelasi modern. Adapun bola langit (celestial globe) yang tertua dijumpai pada era Babylonia beberapa abad SM. Terbuat dari batu, disangga dewa Atlas yang salah satunya adalah sang banteng.

Relatif mudah melihat daerah rasi bintang ini karena salah satunya dengan adanya kelompok bintang Pleiades, serta segitiga wajahnya dengan Hyades-nya. Dalam budaya sejak dulu, baik di Yunani (dan sekitarnya), Mesir, Jepang, Aztec (dan sekitarnya), India, China, bahkan di Indonesia, Pleiades menduduki tempat istimewa.

Gambar 2
Salah satu interpretasi tentang kisah Zeus dan Eropa.
Credit: Kagaya

 

Gambar 3.

Dari studi Archaeologi, terdapat lukisan di dinding gua (Lascaux di Perancis selatan). Dugaan kuat ini adalah gambaran Taurus, karena adanya titik-titik hitam di atas punggung (Pleiades) dan di wajah (Hyades). Yang cukup mengejutkan bahwa ini adalah tinggalan budaya 17.300 tahun lalu (Rappenglück 1996). IAU telah mencanangkan 88 rasi bintang, yang 48 diantaranya berasal dari manuskrip Almagest (buku ke 8 dan 9, karangan Ptolemy) walau asal muasal konstelasi ini masih perlu ditelusuri lagi. Pengaruh dari Eudoxus of Knidos bagi Ptolemy sangat kuat (350 BC). Pada abad 16 – 17 Masehi, ada penambahan dari astronomer Jerman Johannes Hevelius; 3 cartographers, Frederick de Houtman, Pieter Dirksz Keyser and Gerard Mercator; astronomer Perancis Nicolas Louis de Lacaille; Belanda/Denmark (?), mapmaker Petrus Plancius and navigator Itali Amerigo Vespucci. Credit: Constellations – IAU.

Mitologi

Hingga beberapa abad SM, bangsa Babylonia mengagungkan Taurus. Sementara bangsa Mesir kala itu menganggapnya sebagai lambang keabadian yang di abad akhir SM, Dewa Osiris adalah dewa berujud banteng. Sementara Isis, saudarinya adalah Dewi Sapi. Bulan sabit sebagai tanduknya (ini pula yang dapat dipertimbangkan untuk simbol Taurus).

Di Persia, tokoh Mithra (Romawi: menjadi Mithras = Perseus) muncul sebagai Dewa Matahari “Ruler of the Cosmos” atau bagi Romawi “Unconquered Sun”. Dewa ini berhasil membunuh dan mengorbankan seekor banteng (Taurus) dan dari aliran darahnya terlahir aneka binatang dan tumbuhan (pen.: mitos penciptaan, namun penulis belum dapat data sahih tentang apa saja binatang dan tanaman yang dimaksud di sini).

Dalam penggambaran Mithra di langit, mengacungkan pedangnya di atas punggung banteng dan memerankan sebagai penanda saat-saat Taurus terbenam di ufuk barat (pen.: ingat mereka ada di belahan utara), juga saat terakhir kalinya sebelum spring equinox bergeser dari Taurus ke Aries “start new age, so powerful – he can swift the cosmos on its axis”. (pen.: Dimaklumi bila ini terjadi pada 2 millennium sebelum masehi. Awal masehi berpindah ke Pisces dan kini menuju era Aquarius. Tentang ini pun agak kabur, karena kalau ditilik budaya Persia Zoroaster, yang terkenal dengan tokoh dewa Ahura Mazda – mereka muncul bersamaan dengan Babylonia–Akhir sekitar abad 7 SM).

Pada mitologi Yunani, ada 2 kisah menyangkut Taurus. Nasib yang menimpa Europa dan Io (pen.: 2 nama ini dijadikan nama satelit Jupiter: Callisto dikutuk Hera jadi Beruang, Ganymede adalah Pangeran Troya yang diculik Zeus. Ganymede kadang terkait simbolisasi Aquarius – lihat artikel Aquarius). Tentang Europa terdapat pada karya puisi Moschus dari Alexandria, abad 3. Sementara Io sebagai standard adalah karya puisi Yunani Aeschylus dan Romawi Ovid, dengan banyak kemiripan walau karya ini berbeda generasi (450 tahun). Hal ini juga terkait Prometheus yang kisahnya juga sangat populer, tentang pemberian api ke manusia lalu Prometheus ditawan di puncak Caucasus oleh Zeus lalu juga bertemu dengan seekor heifer yang tidak lain adalah Io.

Menurut kisah, Zeus saat memandang Bumi mendapati Europa (putri dari raja Sidon) yang cantik dan ingin agar Europa jadi pendampingnya. Zeus menyamar menjadi banteng putih yang bersinar dan dengan alis berwarna keperakan serta tanduk layaknya Bulan sabit muda sedemikian Europa tidak ketakutan. Bahkan Europa berani untuk naik ke punggung banteng tersebut. Yang terjadi kemudian, Zeus membawanya ke pantai dan melayang menyeberangi lautan luas disambut para Nereid (anak-anak Nereus – Manusia Bijak dari Lautan, dan Doris, Sang Putri Lautan), peri lautan yang menunggangi lumba-lumba. Bahkan Poseidon ikut diiringi tiupan trompet Triton, putranya. Akhirnya, Europa dibawa ke Crete.

Tentang Io. Bila Europa dapat dikatakan berlangsung baik, tidak demikian nasib Io. Agar tidak diketahui kedekatannya dengan Io, Zeus mengubah Io menjadi sapi betina (heifer). Namun, Hera istri Zeus mengetahui gelagat. Hera meminta sang heifer kepada Zeus sebagai hadiah. Dengan segala keterpaksaan akhirnya titisan Io tersebut diserahkan ke Hera lalu oleh Hera diberikan ke penjaga Argus – Panoptes yang memiliki 100 buah mata. Zeus minta Hermes untuk menculik Io dari sang penjaga. Berbekal musik dan bincang-bincang, akhirnya satu per satu mata tersebut tertidur. Akhirnya berhasil, maka tamatlah Panoptes. Sementara itu, Hera mengambil salah satu mata tersebut dan diletakkan di ekor burung merak (kisah adanya ornament mirip mata di ekor merak). Malang tak dapat diduga, justru Io mendapat siksa akibat sengatan (binatang) kiriman Hera. Kemudian Io bertemu dengan Prometheus lalu mencoba lari lewat lautan (nama laut ini lalu dinamakan Ionian dan Bhosporus – Ford of the Cow). Setiba di sungai Nil bertemulah dengan Zeus yang mengembalikan ujud aslinya. Zeus dan Io melahirkan Epaphus, leluhur Perseus, Andromeda, dan Hercules.

Zodiak

Pada era raja Ammisaduga (1702 – 1682 SM), muncul kisah penciptaan yang terkenal Enuma Elish. Pencatatan ini tentu sangat berguna dan nyatanya tersebar ke aneka budaya termasuk India (1000 – 500 SM). Tampak dari kesamaan rasi bintang dan penggunaannya. Awalnya 60 rasi termasuk Taurus, saat raja Ammisaduga menjadi 31 di zodiak (Normal Stars, temasuk Taurus). Sekitar abad 7 (MUL.APIN), berdasar lintasan Bulan, zodiak menjadi 17 (ada yang 18) rasi bintang dan Taurus tetap ada namun terpisah dengan Pleiades. Dalam katalog Aratos nama Pleiades adalah The Clusterers.

Baru selepas era tahun 500 SM, zodiak menjadi 12. Taurus dan Pleiades dijadikan 1 sebagai bulan ke 2. Akhirnya ±450 SM, jadilah pembagian setiap rasi zodiak sebesar 30 derajat, dan berdasar lintasan Bulan, planet, dan Matahari. Zodiak ini yang dipakai hingga era Ptolemeaus abad 2 M, juga hingga kini yang justru tidak pernah dikoreksi lagi tentang rentang tanggalnya.

Yang kini dikenal, Taurus adalah satu dari 12 simbol zodiak klasik (ke 2). Batas tanggalnya antara 22 April hingga 21 Mei (epoch awal masehi, tradisional 30 hari). Jadi kita yang lahir antara tanggal tersebut dikatakan berbintang Taurus. Sementara berdasar epoch 2000, Matahari melewati rasi ini berkisar antara 13 Mei hingga 22 Juni (40 hari).

Dalam pranata mangsa Jawa, untuk yang tradisional masuk mangsa ke 11 Dhesta (19 April – 11 Mei, 23 hari); sementara kini masuk mangsa ke 12 Saddha (13 Mei – 22 Juni). Harusnya yang lahir pada kurun waktu inilah yang berbintang Taurus atau penganut pranata mangsa adalah ke 12. Praktis yang lahir antara tanggal 13 hingga 21 Mei baik klasik maupun epoch 2000, tetap berzodiak Taurus (pranata mangsa 11 Dhesta).

Kalau mitologi Yunani/Romawi mengaitkan hal ini dengan kalender musim seperti yang telah dibahas di atas, maka demikian pula dengan pranata mangsa. Dalam bulan Jawa yang lebih kuno, termasuk bulan Apit/Hapit Kayu (12 Mei – 21 Juni) yang tergolong musim Mareng (Apit Kayu, Kasa, Karo – Mei, Juni, Juli). Uniknya, juga dalam hal pranata mangsa untuk zodiak Yunani/Romawi juga dikaitkan. Misal mangsa ke 11 terkait Lintang Kumba (Aquarius) dan ke 12 terkait Lintang Mina (Pisces, ada yang mengaitkan dengan Lintang Mimi-Mintuna Gemini). (pen.: penulis lebih menyimpulkan Gemini bukan Pisces, pergeseran 1 bulan dalam tanggal ke arah Juni sama dengan pergeseran Taurus ke Gemini – tradisional adalah 22 Mei hingga 21 Juni. Namun demikian, justru yang harusnya menjadi simbol zodiaknya kalau mau dikaitkan pada era kekinian adalah Taurus. Kekaburan ini sama halnya dengan penentuan zodiak tradisional dengan kekinian).

Dalam kasus di sini, sesuai posisi Matahari, dipilih mangsa 12. Adapun mangsa 12 Saddha, dalam sifat adalah Tirta San Saka Sasana (Air lenyap dari tempatnya). Mulai kemarau, mulai jarang hujan. Saat panen Jeruk Keprok, Nanas, Alpukat, dan buah asam (era Mesopotamia, panen gandum – nyatanya budaya peneraan ini sama – guna keperluan sehari-hari). Panen padi hampir usai, jerami mulai dibakar guna menyiapkan tanaman palawija. Untuk pesisir, mulai membuat bagan atau menjala walau anginnya masih barat-an namun sudah reda (sepoi-sepoi). Cumi-cumi mulai banyak. Bila di Yunani/Romawi dikenal dewa pelindung musim atau tanaman, maka saat Saddha ini dilindungi Batari Sri dan Batara Sadana (kakak adik, anak dari Prabu Srimahapunggung dari kerajaan Medangkamulan. Sebenarnya Batari Sri adalah titisan dari Batari Hyang Wimaka – istri dari Batara Wisnu).

Taurus dalam budaya Indonesia

Sejak ribuan tahun lalu, tentang pemetaan langit sudah dikenal termasuk di Indonesia (pen.: ambil kasus khusus di Solo, Yogyakarta, dan beberapa daerah sebagai pembanding). Termasuk kisah mitos yang mengiringinya. Juga ternyata banyak kemiripan antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Kemiripan (dan mungkin juga kekaburan, sebut demikian) dengan aneka budaya manca negara pun dijumpai. Misal Aquarius disebut Kumbam dalam Sanskrit India, Kumba di Bali, namun Pusuh di Jawa Tengah. Kadang identifikasi ini mengalami kesulitan. Di India/Bali, Cancer disebut Karkadam/Karkatha (kepiting). Di Jawa Tengah Lintang Wuluh/Puyuh atau Lintang Yuyu (kepiting); namun bila merujuk kamus standard Bausastra Jawa – Indonesia, p.329 bahwa Lintang Wuluh adalah Lintang Kartika Pleiades, (=Tijdschrift p.165) sama untuk masyarakat Tengger – Jawa Timur. Sementara itu, Puyuh adalah Gemak dan ada identifikasi yang sama, Puyuh Tarung (Gemak Tarung), atau di Aceh Puyuh Mölôt (Tijdschrift, p.166. Identifikasi adalah Scorpio). namun bila dirujuk semisal dalam karya besar Serat Centhini’s (VIII/p.39), Lintang Wuluh adalah Pleiades. Yang masalah adalah peng-identifikasian. Hampir tidak ada peta langit yang rinci. Selain itu juga sudah banyak nara sumber yang tidak dapat “melihat” langit seperti yang ditulisnya. Tinggalan yang cukup berharga semisal Lintang Waluku, walau identifikasinya Orion – tetap saja mencakup daerah yang berbeda.

Dalam kasus nama Taurus, ada beberapa versi yang muncul di Indonesia. Semisal dari pengaruh India (Sanskrit): EVADAM, VRISABA, atau RESABHA. Untuk budaya Cirebon M’RISA atau M’RESABA, dari Batak-Toba MARSOBA, DARI Madura TOR (kemungkinan setelah budaya Arab masuk), dari Minahasa LAMBAKEN, dari Jawa Tengah (Yogyakarta): WAKUL (tempat nasi dari anyaman bambu) atau MINDA (kambing jantan) atau SRAWANA. Sementara dari Jawa Tengah lainnya (Solo): MAHISA (Banteng; karakter musimnya basah terkait dengan Buda – Merkurius). Untuk Bali: WRESABHA (Kadang digambarkan sebagai Banteng, terkadang Sapi). Namun, ada juga yang menggambarkan sebagai Gajah (Yogyakarta) termasuk daerah Bali (Klungkung). Saat budaya Arab masuk, juga dikenal sebagai Lintang Tur/Ath-Thur/At Taur/Sur dengan sifat Bumi Gedhe. Kadang disebut bulan (atau Lintang) Pusa. (pen.: harus lebih banyak lagi studi lapangan dalam kasus seperti ini, banyak text masih bahasa asli atau dari luar – Jerman dan Belanda).


Lintang Kartika
(The Seven Sister Pleiades).

Tentang Lintang Kartika atau Lintang Guru Desa, akrab di Jawa Tengah sebagai simbol tarian sakral di Istana Mataram. Tarian ini diciptakan oleh Raja Mataram Panembahan Senopati, dikenal sebagai Bedhaya Ketawang (Tarian Langit). Dipentaskan oleh 9 gadis saat penobatan raja atau acara khusus kerajaan. Formasi tarian mengikuti 9 bintang di Pleiades (masih jadi pertanyaan, karena umumnya yang dapat terlihat dengan mata telanjang hanya 6 atau 7 bintang, dari magnitudo semu memang memungkinkan 9 dengan kondisi langit sangat ideal). Tarian Bedhaya Ketawang Gede dipentaskan setiap 1 windu sekali. Awal sejarahnya ditarikan oleh 7 penari (6 gadis dan 1 adalah Kanjeng Ratu Kidul yang konon secara gaib hadir, legenda tarian suci Lenggotbawa, c.160 AD, atau menitis pada salah satu penarinya).

 

Gambar 4.
Bedhaya Ketawang
Credit: (Koleksi pribadi) Difoto kembali oleh M. Rayhan dan olah gambar oleh WS
Tarian yang merujuk pada Pleiades ini sebagai simbol penyatuan agung antara Raja dengan penguasa laut selatan, dikenal sebagai Ni Mas Ratu Angin Angin (Hadikusuma, p.69. Pen.: Nama yang populer adalah Kanjeng Ratu Kidul Kencana Sari, namun masyarakat kini sering mencampuradukkan dengan Nyai Rara Kidul, salah satu komandan kerajaan Kanjeng Ratu Kidul). Hingga kini masih sedikit kurang jelas karena beberapa menyatakan bahwa formasinya berdasar Lintang Ketonggeng (or Lintang Klopo Doyong; Scorpio), terkacaukan dengan centipoda. Penulis tetap berkesimpulan bahwa formasi tarian terkait dengan Lintang Kartika Pleiades karena terkait dengan 6 atau 7 bintang terang yang menjadi ciri Pleiades. Sementara Scorpio, terdapat 15 bintang terang dengan konfigurasi saling berjauhan.

 

Gambar 5.

Di antara beberapa pemetaan langit, ada 1 contoh di istana Mangkunegaran – Surakarta – Jawa Tengah. Terdapat gambar zodiak di langit-langit atap Pendapa Ageng, disebut Kumudawati (Kemudowati – Lotus Putih) yang dibuat Atmasupama Tahun 1937 berdasar pancawara (siklus 5 hari pada kalender Jawa dan saptawara siklus 7 hari seperti yang kini kita pakai). Salah satu dari nama dari Saptawara adalah Mahisa (Taurus, musim basah/hujan berdasar pada Buda Merkurius). Credit: (koleksi pribadi) Difoto/diolah oleh Mahesa, Doni, Rizal, WS.

Di daerah pesisir utara Jawa Tengah, ketinggian Pleiades sebagai penanda kalender. Saat Matahari terbenam, ketinggianmya di Timur “pecat sawad (± 50 degrees)”, saatnya masuk mangsa ke 7 (Mangsa Kapitu). Jadi, mulai memindahkan tanaman padi dari pembibitan ke sawah. Di Bali, nama Pleiades juga mirip, Kretika atau Krettika. Lainnya terkait kerancuan dengan Cancer Kepiting (lihat bahasan di atas). Lintang Wuluh = Lintang Puyuh. Wuluh artinya (bentuk seperti) tabung atau silindris. Puyuh = burung puyuh. Yuyu = karkatha = kalakata = kepiting. Hal ini mungkin dikaburkan dengan penamaan bulan Jawa (Yogyakarta: bulan/zodiak ke 4 secara internasional adalah Cancer/Krebs, sementara di Bali Karakata, Jogja Kartika, dengan pengaruh Arab menjadi Saratan, India Karkataka (pen.: kemungkinan tertukar dengan kirtika atau karkata, akhirnya menjadi kartika). Anggapan lain Lintang Wuluh = Lintang Kartika (Pleiades) (pen.: lebih memilih terakhir dari text Serat Centhini VIII, 39: Lampahing lintang kekalih, Wuluh Waluku-nira .. lampahe ring-iringan .. surupipun .. lintang Wuluh dennya tanggal .. mangsa karo .. lintang Waluku tanggale, nuju katiganipun: kalau lihat iringan saat terbenam Matahari bulan Mei, Pleiades/Wuluh terbenam lebih dulu diiringi Orion/Waluku – kalau Cancer terlalu jauh untuk penentuan mangsa secara berturutan. Mungkin masalah ini, team JAC Jogja dapat membantu.)
Untuk Lamalera, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur disebut Funo Pito (pen.: tampak saat akhir Desember, jadi rasanya terlambat bila dikaitkan dengan musim tanam). Sementara bagi Dajak Borneo mirip, yaitu bintang tujuh. Namun demikian, Bintang Tujuh biasa merujuk pada Ursa Major (Beruang Besar) termasuk untuk nama internasional yang banyak disebut.


Mitologi Pleiades

Untuk bangsa India (Hindu), Pleiades terkait dengan pemujaan Dewa Api Agni. Simbolnya burung, sementara di Eropa Tengah adalah ayam betina. Terkait Romawi, karena Taurus berasosiasi dengan Bacchus (Yunani = Dionysus = Ganymede = Dewa Anggur) maka simbolisasi Pleiades adalah serangkai buah anggur (juga adanya festival anggur). Dalam budaya manca negara pada umumnya sepakat simbolisasinya ”Seven Sisters” (bedakan dengan “Seven Stars” = Bintang Tujuh atau Lintang Pitu di Jawa yang maksudnya Ursa Major), juga termasuk Indonesia “7 putri bersaudara” (ingat Bedhaya Ketawang).
Tujuh putri ini adalah anak-anak dari Dewa Atlas dan Dewi Pleione yang bernama Electra, Maia, Taygete, Alcyone, Merope, Celaeno, Sterope – semua dijadikan nama bintang di Pleiades termasuk Atlas (27 Tau) dan Pleione (28 Tau). Pleiades adalah teman bermain Dewi Artemis (Dewi Bulan Yunani = Bulan Sabit, bila Bulan Purnama = Dewi Selene. Untuk Romawi dikenal sebagai Diana). Ketika Pleiades dikejar Sang Pemburu Orion, maka para dewa menolongnya dengan mengubahnya menjadi burung merpati lalu diletakkan di langit. Versi aslinya, Zeus merasa kasihan, lalu mengubahnya menjadi bintang-bintang dan diletakkan di langit. Saat mereka di Bumi, Maia adalah ibu dari Hermes (Merkurius) dan Electra adalah ibu dari Dardanus (dinasti Troya).

Bintang terang di Taurus
–    Alpha Tauri (Aldebaran)

Nama awal Na’ir al Dabaran (Arab), Aldebara (Itali sekitar abad 15), Aldebaram (Perancis, 1776, peta langit Flamsteed). Lainnya Aldeboran, Aldeberan, Addebiris, Debiron, Aldebaron. Arti katanya “yang paling belakang” atau “pengikut” (dalam konteks, mengikuti Pleiades – terkait mitologi). Nama lainnya Palilicium, Parilicium, Sucula, dan masih banyak lagi bila meninjau aneka budaya.
Warna merah pucat dengan temperatur permukaan 4000 K, m = 0,87, M= -0,64, L = 350x L-Matahari, kelas spektrum K5III dengan radius 40x R-Matahari (diameter sudut sekitar 0,021 detik busur), jarak 65 tc. Aldebaran dari data pergeseran merah, menjauhi kita dengan kecepatan sekitar 48 km/s. Bintang ini tergolong bintang variabel (low level irregular), dengan variasi magnitudo sekitar 0,2.


–    Beta Tauri (Alnath)

(dari Arab: Elnath, El Nath, Nath, Al Natih berarti ujung, sesuai lokasinya di ujung tanduk banteng yang bagian utara). Tergolong bintang raksasa (R = 5–6x R-Matahari) berwarna biru dengan temperatur permukaan 13.600 K, m= 1,65, M= -1,37, kelas spektrum B7III dan L = 700x L-Matahari. Jaraknya 131 tc.
Bintang ini dulu sempat digolongkan dalam 2 konstelasi, Beta Tauri dan Gamma Aurigae (Kasus yang mirip antara Alpha Andromedae dan Delta Pegasi, yaitu Alpheratz). Bintang ini sering disebut Mercury-manganese Star karena kandungan unsur manganese-nya 25 kali yang ada di Matahari. Namun, kandungan calcium dan magnesium-nya hanya 1/8 kali Matahari. Lagi-lagi, kebetulan contoh bintang seperti ini adalah Alpheratz (yang tergolong bintang ganda spektroskopik ber-periode 96,7 hari). Alnath termasuk bintang ganda.

–    Eta Tauri (Alcyone)

Ragam nama dikenal seperti Alcione, Alcinoe, Altione (Giovanni Battista Riccioli, 1598 – 1671). Bangsa Arab Menyebutnya Al Jauz (kenari), Al Jauzah atau Al Wasat (Pusat), Al Nair (Yang Terang), lainnya Thaur al Thurayya – the Leading One (pen.: Al Thurayya keseluruhan Taurus). Dalam mitologi India disebut Arundhati/Amba.
Bintang paling terang di Pleiades, dan hanya bintang ini yang dikatalogkan oleh Bayer. Merupakan bintang Be (evolusinya: bintang raksasa, B emisi). Rotasinya yang cepat (200 km/s, 100x Matahari) menyebabkan terbentuknya semacam piringan gas di atas ekuatornya, membentuk cakram. Bintang ini termasuk bintang ganda. Kelas spectrum B7III, m= 2,85, M= -2,41, L= 1.400x L-Matahari, jaraknya 368 tc.

Gambar 6.
Pleiades
Courtesy: Bill & Sally Fletcher, Malibu, USA

Obyek yang menarik:
–    M1 Crab Nebula. Diketahui merupakan sisa supernova paling terang hingga saat ini yang dapat dilihat dengan mata telanjang (lihat bahasan fakta terkait di bawah).
–    M45 Pleiades atau the Seven Sisters. Open atau galactic cluster yang paling terang penampakannya di langit. Uniknya tidak dimasukkan pada data katalog NGC. Dulu merupakan rasi bintang tersendiri (era Aratos ataupun Eudoxus).

Hujan meteor yang terkait:

–    Daytime Beta Taurid (29 Juni).
–    S. Taurids (3 November)
–    N. Taurids (13 November)

Fakta Terkait:

–    Dari luasannya, urutan ke 17 (1,933% luas langit).
–    Dahulu kala Aldebaran merupakan 1 di antara 4 bintang kerajaan Persia.
–    Bintang Alnath diresmikan menjadi Beta Tauri bukan Gamma Aurigae sejak pemetaan oleh astronom Belgia, Eugene Delporte dalam karyanya Delimitation Scientifique des Constellations.
–    Sekitar 7300 tahun yang lalu sebuah bintang masif di galaksi kita mengakhiri hidupnya. Tidak kurang 6300 tahun, cahayanya menempuh perjalanan menuju bumi. Tepatnya tanggal 4 Juli 1054, cahaya ini tiba di mata pengamat di berbagai belahan dunia, lebih terang dari cemerlangnya Jupiter, bahkan Venus. Obyek ini bahkan dapat dilihat dengan mata bugil pada siang hari selama 23 hari, dan lenyap dari pandangan visual sekitar 2 tahun kemudian – 17 April 1056. Ledakan bintang ini dikenal sebagai SN1054 Tau. Puncak kecerlangannya ditaksir bermagnitudo minus 6.
Di catatan kuno Cina, supernova di atas (SN 1054 Tau atau NGC1952) diberi catatan bintang tamu di tenggara bintang Tien Kuan/Tianguan. Sekarang Tien Kuan adalah Eta Tauri. Tertulis juga lokasinya di sekitar bintang Mau (Pleiades). Namun ada pula disebut barat laut bintang Zeta Tauri, ujung tanduk Taurus. Supernova dikatakan juga dekat bulan sabit. Kejadian inipun direkam di Kyoto Jepang, juga Korea. Masyarakat lain adalah suku bangsa kawasan Anasazi, 5 Juli 1054 (Navaho Canyon dan White Mesa di Arizona serta Chaco Canyon National Park New Mexico). Mereka mengatakan hal sama dengan masyarakat Cina dalam hal lokasi dekat Bulan-nya, walaupun dalam bahasa gambar (lokasinya kini New Mexico-USA, mereka cikal bakal bangsa Indian Hopi). Demikian pula yang dicatat kaum muslim Timur Tengah. Yang mengherankan ialah tiada rekaman peristiwa itu di Eropa/Rusia. Diduga dokumen di Rusia musnah akibat serbuan Mongol. Di Eropa mungkin saat itu terjadi masa yang disebut Masa Kegelapan.
Sisa SN1054 kini dapat dilihat sebagai Nebula Kepiting (Crab Nebula). Julukan ini berdasar sketsa dari Lord Rosse (William Parsons, 1844). Yang menemukan pertama kali adalah fisikawan sekaligus astronom amatir Inggris John Bevis tahun 1731. Messier baru tanggal 28 Agustus 1758 mengkatalogkannya dengan indeks M1. Diameter nebula sekitar 10 tc, materinya mengembang dengan kecepatan 1.800 km/s (sekitar 2”/tahun). Di pusat nebula ditemukan pulsar (1968, bintang yang berotasi sangat cepat) dengan identifikasi NP0532 atau PSR 0531+21. Termasuk pulsar milidetik (33 rotasi per detik atau periodenya 33,085 detik). Diketahui pula sebagai pemancar gelombang radio yang kuat (Taurus A atau 3C 144), juga sinar X (Taurus X-1). Tentu hal ini tidak lepas dari proses terbentuknya pulsar sebagai sisa supernove tipe II (SNII).

–    Pada rasi bintang Taurus inilah Piazzi menemukan (asteroid pertama) Ceres yang kini statusnya menjadi Planet Kerdil bersama Pluto.

–    Terdapat 98 bintang yang lebih terang dari m= 5,5.

–    Midnight Culmination date: 30 November

–    Solar Conjunction date : 2 Juni

Daftar Pustaka

Allen, R.H., 1963, Star Name, Dover Pub., New York, p.378-390, 403-404
Bakich, M., 1995, The Cambridge Guide to the Constellations, Cambridge Univ. Press, Cambridge, p.83,  132, 290-291
Cornelius, G., 2005, The Complete Guide to the Constellations, Duncan Baird, London, p.106-109
Darling, D., 2004, The Universal Book of Astronomy, John Wiley & Son, New Jersey, p.13-14, 17, 19, 128, 424
Doyodipuro, K. H., 1995, Horoskop Jawa, Dahara Prize, Semarang, p.528-531, 539
Evans, J., 1998, Ancient Astronomy, Oxford Univ. Press, New York, p.3-11, 39, 42, 57, 104-105, 78-79, 321-325, 340, 458n15
Hadikoesoemo, R.M.S., 1988, Filsafat Ke-Jawan, Yudhagama Corporation, Jakarta, p.44-46, 53-55
Hamilton, E., 1959, Mythology, A Mentor Book, New York, p.36, 38, 73-81, 297, 318
Maass, A., 1924, Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde, Albrecht & Co., Batavia, Deel LXIV, p.166, 432-434, Appendix C (Identifizierte Sterne)
Malasan, H. L. et al.,2009, The Indonesian Myths, Legends, and Tales of Stars and Universe, “Asia Stars Workshop” at National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ) – Mitaka – Tokyo, 11-14 Mei 2009
Olcott, W. T., 1954, Field Book of the Sky, G. P. Putnam’s Sons, New York, p.419
Sawitar, W., 1995, Supernova, dalam Majalah Angkasa, No.1 – Oktober 1995, Dinas Penerangan TNI-AU, Jakarta, p.76-80
Sawitar, W., 2008, Constellations: The Ancient Cultures of Indonesia, in Shuang-Nan Zhang, Yan Li, Qingjuan Yu, and Guo-Qing Liu (eds), Proceedings of the 10th Asian–Pacific Regional IAU Meeting 2008, China Science & Technology Press, Beijing, p.409-410
Sawitar, W., 2009, Stars and the Universe: The Ancient Cultures of Indonesia, “Asia Stars Workshop” at National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ) – Mitaka – Tokyo, 11-14 Mei 2009.
Walker, C., 1996, Astronomy before the Telescope, British Museum Press, London, p.42, 46-51, 123
Wilkinson, P. & Philip, N., 2007, Mythology, Dorling Kindersley Limited, London, p.43, 95, 154-155


Salam WR

Maaf, .. sebelum meneruskan asteroid edisi berikutnya, kangen juga untuk nulis tentang zodiak (lanjutan yang dulu: Aquarius, Capricorn, Sagittarius, dan Scorpio). Artikel Taurus ini mungkin berbeda suasananya dengan artikel zodiak sebelumnya. Inginnya dieksplorasi lebih jauh, namun nanti nggak selesai-selesai repot deh. Katakan ini cuma pemicu, sekedar pembuka kunci untuk siapapun yang berminat menelusuri bangunan sejarah budaya astronomi, khususnya di ranah Nusantara.
Kebetulan sekarang ini di awal malam, Taurus terlihat di barat dan kebetulan juga Jupiter sedang di daerah Taurus (sesuai mitologi tentang Europa, Jupiter/Zeus menyamar jadi Taurus sang banteng), di barat laut bintang Ain (bintang Ain adalah mata kiri Taurus).
Oya, siapa tuh yang lahir 29 April (Taurus tradisional) dan 29 Mei (Taurus epoch 2000). Satu di Surabaya, satu di Malang.
Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *